Sunday, December 30, 2007

Menua bersamamu

Ini bulan Desember. Hujan mulai turun semakin lebat. Hawa pancaroba yang menggigit masih tajam. Setelah musim panas yang panjang, sebenarnya udara dingin cukup menghibur. Kami bisa tidur dengan lebih nyaman. Tapi menjelang subuh, dingin berhembus bersama angin fajar merasuk hingga ke sumsum. Itu sangat menyiksa buat ibu dan bapak yang sudah sepuh. Rutinitas sholat subuh, ritual pagi hari seperti memasak air, menanak nasi dan lain-lain jadi lebih berat. Ibu dan bapak orang kuno, kewajiban seperti itu dijalankan dengan sangat tawadhu. Seperti ayam jago yang memang harus kukuruyuk pagi-pagi. Atau burung-burung prenjak yang meningkahi pagi dengan nyanyiannya yang ramai.

***
Idhul Adha memang tak dirayakan semeriah Idul Fitri. Ibu tentu paling sibuk. Sejak beberapa hari sebelumnya ibu berulang kali menanyakan kepadaku, masak ketupat atau nggak. Aku nggak keberatan tanpa ketupat. Semakin sederhana dan tidak membuatnya repot itu semakin bagus. Ibu tak bisa makan makanan semacam itu sejak lama sekali. Menu standar beliau hanya rebusan tahu, tempe, dan sayur bening. Buah2an seperti apel, pir atau jeruk sudah merupakan kemewahan buat beliau.

Tapi itu sama sekali tidak menghalangi beliau untuk membuat hari raya ini lebih baik. Ibu ingin memasak ketupat. Tampaknya ia sedang kangen dengan keponakanku yang paling kecil, Ririn. Sudah beberapa bulan setelah lebaran, mbakku sekeluarga tidak datang menginap ke rumah. Jakarta-Bogor tidak jauh, hanya kesibukan mencari nafkah yang membuat manusia seakan terpisah samudra. Sesekali mbak menelpon ke rumah. Lalu memberikan ujung telepon kepada Ririn yang baru belajar bicara.

"Mbah uti, ini Ririn mau ngomong..."
"Mana, Nit? Ririn... kapan ke rumah mbah?" Ririn lebih banyak diam, hanya sepotong2 kata yang belum begitu jelas. Itu sudah cukup menjadi bahan pembicaraan ibu selama beberapa jam ke depan. Untuk orang yg sudah melalui masa2 keemasannya, kebahagiaan kecil saja menjadi sangat berharga.

***
Laki-laki kalau sudah tua memang makin rewel. Makin keras kepala. Sering bercerita flashback masa lalu panjang lebar. Makin sulit dimengerti gagasan2nya. Bila punya keinginan, sulit menerima masukan. Kalaupun dia mau mendengar pendapat istri dan anak-anaknya, pada prakteknya idenya lah yang paling cespleng. Kamu tidak bisa berargumen dengannya. Hal terbaik yang bisa dilakukan adalah belajar menjadi lebih sabar. Penuh maklum.

Selain itu, dia jadi sensitif. Apa2 tersinggung, diambil hati dalam-dalam. Kebanggaannya sebagai pahlawan yang menanggung nafkah keluarga sudah berlalu. Hanya tersisa ego yang sering mengganggu perasaan. Jadi keras-lawan keras bukan pilihan yang baik. Apapun masukan yang kami berikan, bisa berputar kembali ke masalah itu lagi. Itulah Bapak. Pria yang kembali jadi kanak-kanak.

"Yah, sekarang saya memang nggak bisa nyari duit. Nggak berdaya apa2..." prajurit tua itu membuat kebekuan makin kaku.

Sekali waktu bapak pulang ke rumah dengan wajah pucat. Ia baru kembali dari kantor pos di Kemang Pratama. Ia merebahkan tubuhnya, bersandar di kursi panjang ruang keluarga. Ibu bertanya padanya. Ia hanya terdiam panjang. Hari itu, hari gajian pensiunan. Uang pensiunnya habis dicopet orang. Perlu waktu lama untuk menghiburnya lagi. Hidup kadang menggelora seperti samudera, dalam dan gelap. Menimbulkan kekuatiran yang mendalam. Sukar menerka apa kedukaan yg terkandung dalam hati seseorang. Seperti juga betapa rahasianya letak sumber kebahagiaan orang-orang terdekat kita.

***
Ada kalanya topik pembicaraan itu muncul.
"Pak, kamu milih mana, aku yang mati duluan atau kamu duluan? tanya ibuku.
"Pasti aku duluan ya? Kalo Ibu mati duluan, paling bapakmu kawin lagi... Liatin aja".

Kami tertawa.
"Laki-laki dimana-mana sama aja", lanjutnya lagi. "Paling cuma bapakku aja, Mbah Mun". Ia bercerita tentang mendiang kakekku.
"Itu baru laki-laki setia. Biarpun ditinggal mati mbah Losiah, dia nggak kawin lagi! Padahal anaknya sembilan, dia urus sendiri".

Bapak hanya terdiam, senyum dikulum :)

"Kalo kamu mau dikubur dimana, Pak?" ibu bertanya lagi.
"Saya sih terserah yang hidup aja", kata bapak pasrah.
"Tapi bapakmu sih bisa dikubur di Taman Makam Pahlawan, dia kan punya tanda jasa", kata ibu. "Kamu gak kepengen dikubur di kampung?"
"Saya sih dimana aja sama aja" bapak cuma tersenyum. Ia merangkul adik perempuanku yang duduk di sampingnya. Menariknya dalam pelukannya, lalu mencium ubun2nya sambil tetap tersenyum.
Kadang-kadang adikku meronta-ronta.
"Ih, bapak! Nggak mau, tadi kan abis megang-megang ulat!"
Bapak tertawa. Memang tadi ia baru saja selesai berkebun.

***

Idhul Adha tahun ini agak sedikit meriah dengan kehadiran Ririn. Gadis mungil itu sudah bisa berjalan dan mengucapkan beberapa kata. Semua orang ingin berada di dekatnya. Bapak senang sekali, karena Ririn tidak takut lagi dicium. Setiap ada kesempatan ia menciumnya dengan sayang. Sampai gadis itu bergidik oleh kumis dan janggut bapak yang terlambat dicukur.

Ibu juga demikian. Ia seperti lupa dengan ketuaannya. Ia menggendong Ririn dan mengajaknya bercanda. Aku membayangkan ketika beliau menimang Mbakku waktu kecil dulu. Bagaimana ia memeluknya, merapikan rambut gadis kecil itu, mengusap wajahnya dari bekas makanan, semuanya begitu alamiah.

Mungkin ini yang paling berharga dari sebuah hari raya. Ketika semoua orang berkumpul dengan keluarga masing-masing dan membiarkan kenangan-kenangan yang baik memenuhi perasaan kita semua. Perbedaan, kesalahpahaman, dan persoalan-persoalan yang tak terselesaikan mengabur seperti kabut. Tinggal butiran-butiran embun yang membiaskan cahaya yang indah menjelang fajar.

***

Angin bertiup keras tanpa henti. Berubah arah tak menentu. Menderu seakan meneriakkan keluh-kesah kesulitan duniawi. Orang-orang susah, tak punya rumah, bayi-bayi yang menyedot puting yang hampa, dagangan yang tak laku-laku, para pekerja yang kehilangan waktunya di kemacetan, buruh-buruh yang berbulan-bulan tak dibayar, dan rumah-rumah di bantaran kali yang tergusur. Semuanya menguap dalam tiupan angin yang dingin membeku. Awan hitam adalah wajah Tuhan yang muram melihat kejahatan yang datang dari kekhilafan yang dibuat-buat. Musim yang tertunda, perubahan iklim adalah kewarasan yang memudar.

"Ini angin musim bediding* kayaknya. Dingin banget! Ibu udah kemulan kok masih terasa dinginnya", ibu mengeluh sejak tadi sore.

"Iya nih, aku juga kedinginan kok, bu", adikku yang perempuan mengiyakan."Sini aku gantiin air panasnya". Adikku mengambil tabung plastik air minum yang digunakan ibu untuk menghangatkan tubuh. Tanpa itu, ia hampir tak dapat tidur.

***

Aku tipe orang yang tetap waspada ketika tidur. Jadi ketika bapak mengetuk pintu kamatku, aku sudah terjaga. Kupingku mendengar ada orang yang bangun, sehingga aku langsung terbangun. Bapak mengajakku mengantar ibu ke rumah sakit. Jam setengah 3 tadi ibu "nglilir" ternyata beliau kena diare. Tubuhnya lemas dan dia takut nggak kuat.

Aku segera berpakaian dan pergi ke garasi memanaskan mesin mobil. Sial, mesin mobilku enggan menyala. Memang sudah beberapa bulan ini mobilku lebih banyak diam di kandang. Paling seminggu sekali aku panaskan mesinnya. Namun dua minggu terakhir ini ia sama sekali tidak pernah kusentuh. Apalagi malam itu hujan terus turun.

Nggak ada jalan lain, terpaksa harus naik motor. Kakak iparku membonceng ibu, aku membonceng bapak. Hujan rintik-rintik terus bejatuhan. Aku sampai menggigil menembus dinginnya malam. Meskipun kesadaranku belum pulih dari tidur, kami tiba di rumah sakit dengan selamat. Di UGD, dokter memeriksa kondisi ibu. Setelah menebus obat di apotik, ibu boleh pulang.

Setibanya di rumah, ibu terbaring lemas. Kami membantunya dengan membasuh tangan dan kakinya dengan minyak kayu putih, memberi termos panasnya, dan menyelimutinya dengan selimut yg tebal. Ketika aku meninggalkannya agar bisa tidur, bapak duduk disisi tempat tidur memandangi ibu. Tangannya memegang kakinya yang dingin.

Aku sendiri berjuang melawan dingin dengan menonton televisi di kamar. Setelah beberapa waktu, aku bangkit menengok ibu di kamar. Ibu sudah tertidur. Disampingnya, bapak memeluknya dengan sebelah tangannya. Sudah agak lama mereka jarang tidur berdampingan. Karena mereka punya irama hidup yang berbeda. Bapak banyak terjaga, karena itu beliau mengisinya dengan mengaji atau sholat malam.

Rambut ibu yang putih agak awut-awutan di atas dahinya. Sementara Bapak, pria keras itu sudah mendekati botak. Tapi semakin tua, bapak lebih banyak diam menghadapi ibu.

"Ibu kamu itu nggak pernah kemana2, hidupnya cuma ngurusin kamu semua aja" katanya lirih. "Makanya bapak mendingan diam aja"

Aku mengerti. Kututup pintu kamar itu pelan2. Bapak kelihatan sangat takut kehilangan Ibu. Karenanya pelukan itu jadi indah.



Bogor, 31 Desember 2007.

Tuesday, December 18, 2007

Now Please!

Wow, sebuah Ford Mustang 69 merah terdiam di ujung lapangan parkir kantor! Aku datang terlambat pagi ini, tapi persetan dengan segala tata krama itu. Aku harus melihat mobil itu dulu. Bukan BMW atau Mercy terbaru, tapi Mustang. Aku berjalan berkeliling memandangi mobil itu dari jarak 2 meteran. Memang tidak semulus yang kubayangkan, tapi tetap istimewa. Seakan aku bisa merasakan lekukan tubuhnya yang elok. Aku mendekat, melongok melalui kaca jendelanya yang hitam untuk melihat interiornya. Ini karya seni, bukan sekedar tunggangan biasa.

"Mobil siapa nih pak?" tanyaku pada pak satpam yang sedang bertugas.

"Mobilnya pak Santo, mas", jawab beliau.

Hmm rupanya Santo, manusia unik itu... Rupanya tidak cuma unik, tapi punya taste juga dia. Aku tinggalkan lapangan parkir. Sekarang waktunya bekerja.

***

Santo adalah the travel guy, wakil staf perusahaan travel yang berkantor di sini. Aku tidak kenal dekat dengannya. Tapi dia baik. Dia orang yang dengan mudah membaur dengan suasana. Dia inklusif, berbicara dengan semua orang, boss atau kroco dengan sama intensnya.

"Masih pake mesin aslinya, To?" tanyaku tentang Mustangnya.

"Udah gua ganti, gus, pake mesin kijang", katanya. "Orang pake bmw udah biasa. Tapi kalo gua ke jalan pake si merah, orang pasti nengok, iya opo ra, Son?" ia tertawa menyeringai. "Tapi jarang gua bawa jalan, Gus, sayang". Lanjutnya lagi.

Pria itu sudah berkeluarga. Ada seorang gadis kecil yang meramaikan kehidupannya sekarang ini. Gadis kecil itu yang selalu membuatnya ingin cepat-cepat pulang ke rumah. Ia bukan lagi lelaki bergajulan yang lalu. Ia sangat berharga.

***

Keliatannya dia sangat suka warna biru. Setiap hari pakai kemeja lengan panjang warna biru, digulung sedikit mendekati siku. Rambutnya panjang sebahu. Dengan celana jeans straightnya yang khas, ia melenggang gontai melewati lorong. Di depan meja kerjaku ia selalu berhenti sejenak. Biasanya itu sudah waktunya sholat.

"Ayo malih, sholat dulu!" ajaknya. "Now, please!" ia nyengir kuda.
"Hehehe, tar dulu son, gue lagi nanggung nih..." aku selalu saja menunda ajakannya. "Duluan deh, tar gue susul".
"Bener ye...?" ia menegaskan. "Be there... or left behind!" tawa kami meledak :D

Ritual itu selalu saja diulangnya setiap saat. Setidaknya, sampai sekarang ia masih belum bosan. Setiap berhenti, ia mulai dengan variasi ajakan terbaru.

"Tinggalkan duniawi sejenak bro..."
"Lupakan berhala2 itu..."
"Haya ala sholla, tinggalkan transaksi yang sedang berlangsung..."

Semuanya diakhiri dengan tawa.

***

Sebentar lagi jam 7 malam. Hujan tidak keliatan mau reda. So, kami memutuskan pulang saja. Kebetulan kami bisa nebeng mobil Indra. Santo juga ikut. Beberapa minggu belakangan ini ia sangat sibuk, sehingga harus pulang agak malam. Maklum, ia harus melayani banyak orang. Menjelang konferensi perubahan iklim di Bali, banyak scientist yang berdatangan, belum lagi BOT meeting pertengahan Desember ini. Banyak sekali jadwal penerbangan yang harus diatur.

"Puyeng nih gue, mesti ngitung mileage segala" katanya mengeluh. "Gara-gara greening cifor-icraf nih, gue yang kebagian pe-er".

Mau bagaimana lagi, karena mau jadi kantor yang environmentally friendly, jadwal penerbangan juga mesti diatur sedemikian rupa agar emisi karbonnya serendah mungkin. Caranya yah dengan memperhitungkan jarak yang paling efisien. Itu berarti ekstra pekerjaan buat staf biro travel.

"Ngomong2 gimana bini loe? Udah sembuh, To?" salah satu dari kami bertanya tentang istrinya yang kena flek.
"Udah, tapi mesti istirahat, kagak boleh capek dulu" jawabnya. "Oh iya, weekend kemaren temen lama gue mampir ke rumah. Gua disuruh turunin itu poster jahiliyah, rolling stone. Gimana coba, son?" Dia tertawa lebar, kami ikut terpingkal2.

Sejak sakitnya Mbak Suma oleh kanker, kami membiasakan saling membacakan al fatihah setelah sholat berjamaah buat rekan2 yang sedang dapat musibah. Itu juga berkat si gondrong. Ketika ia harus menunggu istrinya yang sakit, kami gantian berdoa untuknya.

***

Suatu sore, kami menjenguk istri teman kantor yang sedang sakit. Katanya, air ketuban istrinya rembes, jadi harus dirawat. Kemungkinan dokter akan mengoperasi cesar. Untuk mencegah hal yang tidak diinginkan.

Kami berempat menunggu sejenak di ruang tunggu. Si calon bapak sedang menunggu di dalam ruang perawatan. Aku satu-satunya bujangan. Jadi hanya bengong saja mendengar cerita tentang kelahiran putra putri mereka.

"To, gimane rasanya punya anak?" aku mengajukan pertanyaan bodoh.
"Wah, gimane ye... susah digambarin dah", ia bercerita panjang lebar tentang proses kelahiran buah hatinya dan betapa berat perjuangan wanita. "Waktu pertama kali gw gendong anak gue... Gak bisa gw ungkapin dengan kata2 deh. Ternyata ye, gue bisa juga punya anak!"

"Nah, itu loe nggak bakal ngerti dah, son. Biar gua jelasin juga percuma...", ia tertawa.

"Hahaha, sialan loe...", seruku. "Tapi iya sih. Gue gak bisa ngebayangin." Aku tersenyum.

Ia masih saja tertawa. tapi matanya berbinar, seakan-akan menembus ruang, jarak dan waktu, langsung menuju kepada momen lampau yang berputar ulang dalam kenangannya.

"Itu lah son, makanya... ibaratnya nih kita minta ambilin koran sama anak gue. Padahal gua bisa sih ngambil sendiri, cuma kita mau ngetes aja", ia mulai bercerita. "Anggie, coba ambilin koran buat papa sayang. Trus jawabnya apa? Enggak ah papa, Anggie kan lagi sibuk papa... lagi main..."

Ia begitu bersungguh-sungguh.

"Gitu juga kita ama Tuhan, son. Kita dipanggil sholat, suka entar2. Padahal Dia nggak butuh kita sembah. Ibaratnya itu tadi, dia cuma ngetest kita. Tapi dia tetep sayang ama kita. Betapa sayangnya gua sama anak gua..." ia menarik nafas dan menyandarkan kepalanya pada sofa yang sesak oleh kami berempat.

Aku tersenyum lagi. Mas Yahya, si calon bapak, mengajak kita masuk ke ruang perawatan untuk menjenguk istrinya.

"Memang pertanyaan bodoh!" umpatku dalam hati. Bukankah itu akan tetap menjadi rahasia bagiku hingga saatnya tiba nanti?

Tapi bagaimana pria seperti Santo dapat menunjukkan empati kepada Mas Yahya dan istrinya, benar2 indah. Seperti Tuhan sedang mencium sayang Angie dengan bibirnya sendiri.


Bogor, Desember 19, 2007


***

Sunday, December 09, 2007

Apa itu Offshore Account?

Bagi sebagian orang ini merupakan istilah yang asing. Tapi bagi mereka yang bergerak di bidang finansial, ini bukan istilah aneh. Tak perlu banyak basa-basi, Offshore Account artinya adalah rekening di bank atau lembaga finansial di luar negeri, di luar tempat bisnis kita berada.

Apa gunanya offshore account? Yang pertama adalah untuk fleksibilitas akses terhadap uang anda. Kedua untuk menerima transaksi yang sangat2 besar. Untuk menerima transaksi internasional. Untuk kerahasiaan dan mengakali pajak. Dalam konotasi positif, menyimpan uang di negara yg pajaknya rendah akan merupakan investasi yang menguntungkan karena menghemat pengeluaran. Ada pemeo, jangan meletakkan telur dalam satu keranjang. Offshore banking memberikan perlindungan kepada asset anda terhadap masalah liabilitas, memberikan batasan dari jangkauan kreditur.

Kemudian, ada juga orang yang membuka rekening di Swiss saat liburan, meski mereka bukan orang yang benar2 kaya. Biasanya mereka membuka melakukannya untuk prestise belaka. Bisa juga untuk mendukung transaksi online situs toko online atau situs porno. Atau anda ingin menyembunyikan uang dari partner bisnis atau istri anda? :-p

Resiko legal

Saya belum mengecek secara persis aspek legal membuka account seperti ini di Indonesia. Maksudnya peraturan perundang2an no berapa yang mengatur mengenai hal ini. Namun ada banyak cara aman untuk melakukannya. Lebih baik lagi untuk berkonsultasi dengan pengacara anda. Bahkan biarpun mungkin anda terjangkau oleh hukum, tapi keamanan uang anda jelas akan tetap terjamin.

Peraturan perundang2an tersebut tujuannya agar tidak terjadi pelarian modal investasi ke luar negeri, untuk tujuan pencucian uang (money laundering), atau penggelapan pajak.

Super Tajir

Biarpun membuka rekening seperti ini tidak harus untuk orang yang super kaya, tapi jelas ada limit jumlah uang setoran perdana anda. Ini jumlahnya bervariasi. Coba lihat di HSBC, http://offshore.hsbc.com/1/2/home. Jumlah minimum balance adalah £5000, US$ 10000, or €10000.

Membuka rekening di luar negeri tidak berarti kita harus pergi ke negara tersebut. Di era internet, kita bisa melakukannya secara online. Atau bila bank asing tersebut ada perwakilannya di negara kita, datang saja kesana dan kemukakan kebutuhan anda. Mereka pasti dengan senang hati membantu anda. Jelas saja, karena anda kan mau menyetor uang kepada mereka.

Ada juga beberapa situs yang menyediakan fasilitas menghitung tax alias pajak. Sehingga kita bisa milih, di negara mana kita mau naro duit itu. Misalnya di panel sebelah kanan website hsbc ini: http://offshore.hsbc.com/1/2/international/current-accounts/offshore-bank-account.

Bila anda memiliki uang milyaran dollar, pasti tidak sulit menemukan orang atau lembaga yang menyediakan jasa pembuatan account semacam ini. Tapi bagi mereka yang ingin membuka personal account dengan jumlah minimum anda mesti mempelajari sendiri layanan perbankan semacam ini.

Coba baca lebih lanjut dari sejumlah referensi populer dibawah, tentang personal account dan corporate account.


Lokasi

Ada beberapa lokasi yang menjadi tujuan penyimpanan uang, misalnya di Swiss, Cayman, Singapura, Luxemburg dan Karibia. Negara2 ini menawarkan kerahasiaan data yang sangat rahasia dan regulasi yang melindungi dari jangkauan hukum negara lain. Selain pelayanan yang sudah sangat canggih dan profesional, tentunya. Singapura contohnya, adalah negara yang menawarkan pajak terendah di Asia. Demikian juga peraturan negara itu membuat koruptor di Indonesia dengan leluasa menyimpan uangnya di sana.

Bank2 di Singapura menginvestasikan uangnya di China. Negara yang sangat mereka kuasai pasarnya. Sehingga anda memperoleh bunga yang tinggi dengan berinvestasi di kawasan dengan pertumbuhan ekonomi paling tinggi di dunia tanpa meninggalkan tempat duduk anda. Negara2 seperti ini yang disebut tax haven.

Bila membicarakan return of investment, tentu saja kita tidak cukup hanya mengetahui prosedur dan teknik membuka rekening. Tapi juga harus mengetahui produk2 dan jasa finansial dari perbankan atau lembaga finansial lainnya. Anda mesti pinter menghitung bunga, pajak, dan biaya2 dari semua transaksi.


Gerbang ke kemakmuran

Bila kamu memiliki network yang bagus, pengetahuan dan pengalaman tentang offshore account merupakan gerbang ke kemakmuran. Para investment banker atau lawyer pasti mengangguk setuju. Karena kamu tidak perlu menjadi pemilik uang itu, tapi anda cukup menjadi perantara untuk memindahkan dana2 dari pemilik modal dari satu tempat ke tempat lain. Soal uangnya dari bisnis legal atau ilegal itu urusan lain. Yang jelas dari setiap transaksi anda dapat komisi yang naudzubillah. (baru pernah ngeliat, belom nerima komisi... hehehe)

Karena bagi para pemilik modal, bisnis riil hanya merupakan mainan. Kekayaan buat mereka hanya angka2 yang disalurkan kesana kemari. Seperti elektron yang berpindah karena perbedaan tegangan, atau angin yang mengalir karena perbedaan suhu dan tekanan. Kemanapun uang dipindahkan, kembalinya selalu menjadi lebih banyak.

Jadi, mulai dari sekarang, mari belajar tentang pengetahuan finansial, pajak serta aspek legal yang berkaitan dengan itu. Lengkap dengan segala macem tipu menipunya. Siapa tau suatu saat anda ketemu network yang bagus? Jangan lupa ngajak makan2 saya ya ;-)




-----------------

Siap2 jadi masuk daftar orang kaya nya majalah Forbes nih hehehe...

Sekedar meringkas kok. Mohon masukan.


Referensi populer:

http://www.offshoresimple.com/why_offshore_more.htm
http://www.citibank.com.hk/APPS/portal/loadPage.do?tabId=personalbanking&path=/promo/det/pb_ipb_acq_promo.htm
http://offshore.hsbc.com/1/2/international/current-accounts/offshore-bank-account
http://www.offshorelegal.org/
http://moneycentral.msn.com/content/Taxes/Avoidanaudit/P45167.asp
http://www.bankintroductions.com/caribbean.html
http://www.shelteroffshore.com/index.php/offshore/more/offshore_banking_in_singapore/
http://www.swissprivatebank.com/
http://www.offshoresimple.com/offshore_bank_accounts.htm
http://www.offshoresimple.com/tax_havens_history.htm