Monday, November 29, 2004


Jalan Pulang. Langkah terasa berat meninggal kan keindahan ini. Segara Anak, Taman Nasional Gunung Rinjani, September 2004. Posted by Hello

Tuesday, November 09, 2004

Selamat Lebaran Anshori!

Sebadung-badungnya anak, itulah Anshori! Tapi malangnya bocah, itulah juga Anshori. Mungkin kita tak pernah memahami takdir atau sekedar kekejaman dunia. Atau mungkin lebih baik kita biarkan saja bumi menggelinding seperti hari-hari biasanya.

***

Kami masih ingat kedatangannya dari Batam. Anak ini memang lain dari yang lain. Ia tak mudah didekati, meskipun keluguannya tak menghalanginya untuk berbicara kepada orang yang ia inginkan. Kami hanya tertarik mendengar cerita tentang bocah malang itu, Anshori. Dalam usia yang masih sangat kecil ia menjadi yatim piatu. Ayahnya seorang buruh lepas di perantauan Batam, meninggal dunia di usia muda. Entah apa sebabnya, barangkali kecelakaan kerja. Apa pula yang bisa dilakukan perempuan miskin berpendidikan rendah di bedeng reot ini? Membanting tulang tanpa henti hingga tubuh merapuh, sakit. Tak lama berselang ibundanya menyusul mati merana sementara mengurus putranya yang masih balita.

Si kecil Anshori, mungkin tak paham apa-apa tentang dunia. Namun darahnya telah cukup lama menyatu dengan induknya. Mulutnya yang mungil telah merasai kasih dari kedua puting ibu. Ketika kedua orang tercintanya pergi, batinnya seakan terkoyak. Bocah itu berkelana mencari makan tanpa arah. Mengais2 kasihan dari rasa iba manusia. Kami tak tau kepahitan apa yang dialaminya dalam usia sekecil itu. Yang kami dengar, Anshori menyimpan kemarahan yang begitu besar dalam dadanya. Tubuh kecil itu seakan bola energi yang tak terduga. Satu saat ia begitu lugu sperti anak-anak yang lain, di saat lain ia sukar dikendalikan.

Kedatangannya disini sebenarnya juga bukan tempat yang tepat. Disini kami merawat anak-anak down syndrome, bukan seperti dia. Sayang Anshori tak punya pilihan lain. Keluarga tetangga yang baik hati merasa tak mampu lagi merawatnya. Segala cara sudah digunakan namun tak mampu menyelami pikiran bocah itu. Dengan sedih, mereka menitipkannya di panti sosial di Batam. Kali ini, panti sosial di batam juga angkat tangan. Karena keterbatasan sumberdaya dan fasilitas terpaksa si kecil harus berangkat ke Bogor.

***

Anshori, seperti anak-anak lain seusianya, sedang senang-senangnya bermain dan mencoba banyak hal. Ia menikmati kesehariannya dengan teman-teman barunya di panti. Suasana ramai anak-anak cukup menghiburnya.

Di hari-hari tertentu kami petugas panti membagikan sedikit uang jajan untuk anak-anak. Tak banyak, cuma seribu dua ribu rupiah, cukup untuk semangkuk bakso atau siomay yang lewat hari itu di depan panti. Kami ingin mereka merasa bahagia, bisa membeli sendiri jajanan yang mereka inginkan. Cara ini terbukti menyenangkan, bila kamu ada disini kamu bisa melihat wajah-wajah mereka yang ceria. Sambil makan, mereka akan berceloteh dan tertawa dengan lugunya. Begitu pula Anshori kita.

Di saat lain, Anshori bermain dengan anak-anak petugas panti. Anak-anak memang hidup menyatu, tak terpisah antara anak asuh panti dengan anak-anak petugas. Tapi ada saat2 dimana anak2 harus mengerjakan tugas sementara anak2 petugas bebas bermain di luar. Saat itu Anshori senang bisa bermain dengan mainan yang mungkin tak dimilikinya. Anak-anak biasanya tak keberatan berbagi. Namun Anshori kadang begitu berat mengembalikan mainan itu. Tak seperti anak lainnya, ia akan mengamuk bila mainan itu direbut.

Hari berganti dan pengurus panti harus berotasi. Kini uang jajan tak lagi diberikan. Di hari-hari khusus itu, petugas memasak bubur kacang hijau atau makanan lain yang lezat untuk anak-anak. Anak-anak ada yang kecewa, tapi tetap senang dengan kelezatan makanan yang disajikan. Anshori juga makan dengan lahap, tapi setelah kenyang ia tetap meminta jatah jajannya. Kami selalu iba melihat wajah mungilnya, secara bergantian kami memberikan jajan dari kantong kami sendiri.

Namun kantong PNS kecilan seperti kami tak selalu berisi. Gaji yang tak seberapa itu tak mampu mengejar kebutuhan hidup yang makin hari makin melesat jauh. Waktu kami tersita untuk mengurus anak-anak. Hampir tak mungkin mencuri-curi kesempatan mencari sampingan di luar. Di saat seperti itu Anshori kehilangan uang jajannya. Dan entah apa yang pernah terjadi di kehidupan sebelumnya, bocah kecil itu mengamuk, memecahkan kaca2 panti. Merusak sepeda motor atau perlengkapan lainnya. Seakan ia tak rela ada yang merenggut secuil remah kebahagiaan yang ia punya.

Bocah itu benar-benar mengombang-ambingkan perasaan kami. Antara iba dan kasih dengan kekesalan menghadapi kenakalan Anshori. Bagaimanapun tak mudah merawat begitu banyak anak-anak down syndrome dengan sifatnya masing-masing. Tapi kami sudah terbiasa dan punya bekal yang cukup untuk merawat mereka. Tidak dengan Anshori, ia berbeda. Manusiawi kalau kami kesal, tapi kami juga ibu dan ayah. Sambil mengelus dada kami hanya berdoa agar luka hatinya akan sembuh bersama waktu.

Pernah suatu hari ibu Tuti lepas kesabarannya, ia harus memukul Anshori untuk menenangkannya. Setelah rekan-rekan yang lain membawa anak itu ke kamar, air mata meleleh di kedua belah pipinya. Perasaannya yang halus sebagai seorang ibu seakan terkoyak. Anak itu hanyalah bcah kecil yang tak mengenal benar salah, baik buruk. Entah pula apa ia telah mengenal hitam putihnya dunia. Ia cuma anak yatim piatu, yang bahkan tak mengenal wajah orang tuanya. Persis ketika ia kecil dulu. Seminggu ia tak dapat tidur dengan nyenyak.

***

Hari ini, hari kerja terakhir sebelum Hari Raya Idul Fitri. Para petugas satu persatu mudik. Anak-anak asuh panti satu-satu dijemput keluarganya pulang ke rumah untuk berlebaran. Tawa-tawa lebar menghiasi wajah mereka. Dengan baju baru yang rapi bersih, mereka menyambut papa mamanya yang datang dengan penuh haru. Ruang-ruang panti yang ramai, kini semakin sepi.

Hanya tertinggal sedikit suara kecil di satu sudut panti. Ada empat orang anak yang tinggal, 1 perempuan dan 4 anak lelaki. Mereka tak dijemput karena tak diketahui asal keluarganya. Ada yang karena terlantar di jalan, dibuang oleh orang tuanya, atau sengaja dititipkan selamanya di panti ini. Termasuk Anshori yang malang. Di saat seperti ini para petugas selalu berusaha membahagiakan mereka dengan berpatungan membelikan pakaian atau makanan yang enak. Bukankah kami satu-satunya keluarga yang mereka miliki?

Hari ini kami juga berangkat pulang ke Jakarta. Fahmi, putra kami yang semata wayang, mengucapkan selamat tinggal pada sobat-sobatnya yang tertinggal. Sementara suamiku mengangkat travel bag ke taksi, kudengar suara Anshori berceloteh pada Fahmi...

"nanti siang dong, Anshori mau dijemput ibu Anshori..." katanya. Jari-jari mungilnya menunjuk foto di potongan majalah bekas yang sudah lusuh.


Jakarta, 12 November 2004.

Didedikasikan untuk Mbak Nitah dan rekan2 yang sedang bekerja di salah satu panti Departemen Sosial di Bogor.
Mohon maaf utk bahasanya, blom diedit neh :-p

Wednesday, November 03, 2004


Pagi menyingsing di Segara Anak, danau kawah Gunung Rinjani (3776 m dpl).  Posted by Hello

MANDALAWANGI - PANGRANGO

MANDALAWANGI - PANGRANGO
Soe Hok Gie

Senja ini, ketika matahari turun kedalam jurang2mu
aku datang kembali
kedalam ribaanmu, dalam sepimu dan dalam dinginmu

walaupun setiap orang berbicara tentang manfaat dan guna
aku bicara padamu tentang cinta dan keindahan
dan aku terima kau dalam keberadaanmu
seperti kau terima daku

aku cinta padamu, Pangrango yang dingin dan sepi
sungaimu adalah nyanyian keabadian tentang tiada
hutanmu adalah misteri segala
cintamu dan cintaku adalah kebisuan semesta

malam itu ketika dingin dan kebisuan menyelimuti Mandalawangi Kau
datang kembali
Dan bicara padaku tentang kehampaan semua

"hidup adalah soal keberanian, menghadapi yang tanda tanya "tanpa
kita mengerti, tanpa kita bisa menawar
'terimalah dan hadapilah

dan antara ransel2 kosong dan api unggun yang membara
aku terima ini semua
melampaui batas2 hutanmu, melampaui batas2 jurangmu

aku cinta padamu Pangrango
karena aku cinta pada keberanian hidup

Jakarta 19-7-1966


Tuesday, November 02, 2004

Procrastination - Sang Pencuri Waktu

Anda pasti sering mendengar istilah Sistem Kebut Semalam? Yaitu kebiasaan untuk belajar atau mengerjakan suatu tugas setelah mendekati batas waktu. Umumnya kita tidak terlalu mempersoalkan hal ini karena nilai atau target kerja yg dicapai orang tersebut cukup memadai dan kita hanya menganggapnya sebagai persoalan manajemen waktu semata. Namun sebenarnya dibalik perilaku suka menunda2 atau procrastination ini tersembunyi persoalan yang sebaiknya kita ketahui agar tidak menjadi penghambat kesuksesan anda.

catatan sejarah paling tua di timur jauh tentang fenomena ini adalah teks Hindu yang tercantum dalam Bhagavad Gita yang ditulis sekitar tahun 500SM. Dalam teks itu Khrisna menyebutkan tentang kata tamaasika yaitu orang yang tidak disiplin, vulgar, keras kepala, kejam, malas, dan suka menunda. Orang seperti ini akan masuk neraka. Di barat catatan tertua berasal dari seorang penyair Yunani Hesiod yang menulis di sekitar tahun 800 SM yang mengatakan agar tidak menunda pekerjaan hingga esok atau lusa karena nantinya akan merusak apa yang kita kerjakan.

Tetapi pada sekitar revolusi industri lah, masalah procrastination ini mulai mengemuka dikarenakan terjadi perubahan pola kehidupan yang besar pada masyarakat. Noach Milgram (1992) orang pertama yang melakukan analisa historis mengenai fenomena ini mengatakan bahwa, procrastination muncul karena secara teknis kelompok masyarakat yang relatif maju membutuhkan banyak komitmen, tenggat waktu, dan jadwal. Sehingga masyarakat agraris cenderung tidak siap menghadapi hal tersebut.

Berdasarkan penelitian awal Dr. Piers Steel dari Universitas Calgary Canada, tahun 1978, sekitar 15% populasi mengakui bahwa mereka mengalami procrastinasi dalam banyak hal dan sekitar 1% melakukan procrastinasi kadang-kadang saja. Di tahun 2002, mereka yang mengaku mengalami gejala procrastinasi jumlahnya meningkat hingga 60% dari populasi dan sisanya sekitar 6% yang melakukannya kadang-kadang saja. Di luar peningkatan ini, catatan historis menunjukkan bahwa gejala procrastination relatif konstan dari tahun ke tahun.

Di luar itu semua, procrastination merupakan bagian tak terpisahkan dari hidup manusia. Ia menempati sisi dalam kita yang merefleksikan kondisi kehidupan di luar diri kita. Meskipun kita seharusnya lebih fokus kepada aspek2 kemanusiaan lain yang lebih fundamental, pemahaman terhadap fenomena procrastination sangat relevan bagi kehidupan kita di masa kini.

Karakteristik

Satu sifat yang menonjol dari sang penunda adalah sikap optimis yang berlebihan. Semuanya terkendali dan tugas akan terselesaikan sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Biasanya sikap itu akan disertai penekanan bahwa tugas itu dapat diselesaikan dengan mudah sedangkan waktu tenggat masih sangat jauh. Padahal ujung-ujungnya segalanya berjalan di luar kendali.

Satu-satunya bukti ia melakukan kemajuan dalam pekerjaannya adalah karena ia tak punya pilhan lain selain menyelesaikannya sesegera mungkin. Saat itu ia merasa sangat bersemangat dan penuh energi dalam mengerjakan tugas, namun sebenarnya ia telah kehilangan kebebasan. Dan bila hasil kerjanya mendapat respon yang baik, ia akan semakin dalam terjerat dalam kebiasaan menunda yang kronis.

Karakteristik lainnya adalah, percaya diri yang rendah, sok sibuk, keras kepala, manipulatif, stres terhadap kehidupan sehari2 dan frustasi. Sang penunda seringkali memiliki ketidakyakinan kita dalam mencapai kualitas kerja atau prestasi yang tinggi. Banyak alasan, entah itu sibuk, atau karena hal-hal lain yang ia kemukakan. Akhirnya ia akan merasa frustasi karena tidak bisa bekerja seperti orang lain tanpa mengetahui sebabnya.

Dalam psikologi, penjelasan tentang fenomena procrastination sangatlah kompleks. Ada setidaknya empat alasan mengapa kita menunda. Pertama, pekerjaan tersebut sulit. Kedua, memakan banyak waktu, sedangkan waktu luang hanya tersisa di akhir minggu. Ketiga, rendahnya pengetahuan dan keahlian, atau kemampuan kita untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Sedangkan yang keempat adalah, rasa takut, orang lain akan mengetahui hasil kerja kita buruk.

Lakukan kebalikannya

Semua orang tahu, tak mudah mengubah kebiasaan yang sudah bersemayam begitu lama dalam diri kita. Tapi tentu saja kita bisa berubah asal pertama-tama kita sudah sadar ada hal yang salah dalam diri kita. lalu cara termudah mengatasinya adalah dengan melakukan kebalikan dari empat alasan tadi.

Cobalah secara sadar untuk mengakui bahwa anda menunda pekerjaan tanpa alasan yang benar2 kuat. Kenali alasan-alasan itu, buatlah daftar panjang secara tertulis. Pikirkan baik-baik alasan tersebut dan buatlah kontradiksi terhadapnya. Bersikaplah logis dan kuatkan hati anda untuk melawan alasan-alasan itu. Dan yang terpenting segeralah mulai bekerja.

Berfikirlah bahwa pekerjaan itu mudah sehingga anda sanggup mengerjakannya. kerjakan langkah demi langkah, sedikit demi sedikit. Bila anda merasa jenuh, kerjakan hal lain selama beberapa menit, namun berkomitmen untuk kembali ke pekerjaan sebelumnya lima menit kemudian. Bila perlu, ceritakan pekerjaan itu kepada orang lain sehingga anda akan terdorong untuk mengerjakannya segera karena tuntutan publik. Akan sangat membantu bila ada sahabat atau rekan kerja di sekitar anda yang bisa dijadikan tauladan. Contohlah etos kerja mereka.

Bila anda merasa kurang nyaman bekerja di lingkungan tertentu, cobalah cari lokasi lain yang anda sukai. Dengan demikian mood bekerja anda akan bangkit dengan sendirinya. Tentu saja kita tak bisa pindah ruang seenaknya di kantor, tapi anda kan masih bisa mencoba mengubah layout sedikit atau menghias meja kerja sesuai selera.

Hal penting lain yang sangat membantu adalah dengan membiasakan membuat rencana kerja. Buatlah rencana kerja esok hari di rumah. Mulailah dengan membuat corat-coret outline kegiatan. Lalu menyusun prioritas dan alur kerja. Jangan berfikir hal ini akan tambah merepotkan anda. Susunlah sefleksibel mungkin, terbuka bila ada hal-hal yang meleset dari jadwal. Hidup tak harus sempurna, sehingga tak ada yang perlu ditakutkan.

Sekarang juga!

Sekarang anda telah mengetahui serba sedikit tentang procrastination, sang pencuri waktu. Anda boleh mencari pengetahuan lebih banyak tentangnya dari buku-buku, psikolog, atau dari internet. Mudah-mudahan itu menjadi bagian dari kesadaran kita mengakui adanya masalah. Semoga semangat itu cukup banyak untuk memulai kita berubah. Jangan buang banyak waktu, catatlah tugas2 anda dan pilih prioritasnya lantas kerjakan sekarang juga.


Disarikan dari berbagai sumber.