Saturday, September 12, 2009

AKU TULIS PAMPLET INI - WS Rendra


W.S. Rendra

Aku tulis pamplet ini
karena lembaga pendapat umum
ditutupi jaring labah-labah
Orang-orang bicara dalam kasak-kusuk,
dan ungkapan diri ditekan
menjadi peng - iya - an
Apa yang terpegang hari ini
bisa luput besok pagi
Ketidakpastian merajalela.
Di luar kekuasaan kehidupan menjadi teka-teki
menjadi marabahaya
menjadi isi kebon binatang

Apabila kritik hanya boleh lewat saluran resmi,
maka hidup akan menjadi sayur tanpa garam
Lembaga pendapat umum tidak mengandung pertanyaan.
Tidak mengandung perdebatan
Dan akhirnya menjadi monopoli kekuasaan

Aku tulis pamplet ini
karena pamplet bukan tabu bagi penyair
Aku inginkan merpati pos.
Aku ingin memainkan bendera-bendera semaphore di tanganku
Aku ingin membuat isyarat asap kaum Indian.

Aku tidak melihat alasan
kenapa harus diam tertekan dan termangu.
Aku ingin secara wajar kita bertukar kabar.
Duduk berdebat menyatakan setuju dan tidak setuju.

Kenapa ketakutan menjadi tabir pikiran ?
Kekhawatiran telah mencemarkan kehidupan.
Ketegangan telah mengganti pergaulan pikiran yang merdeka.

Matahari menyinari airmata yang berderai menjadi api.
Rembulan memberi mimpi pada dendam.
Gelombang angin menyingkapkan keluh kesah

yang teronggok bagai sampah
Kegamangan. Kecurigaan.
Ketakutan.
Kelesuan.

Aku tulis pamplet ini
karena kawan dan lawan adalah saudara
Di dalam alam masih ada cahaya.
Matahari yang tenggelam diganti rembulan.
Lalu besok pagi pasti terbit kembali.
Dan di dalam air lumpur kehidupan,
aku melihat bagai terkaca :
ternyata kita, toh, manusia !

Pejambon Jakarta 27 April 1978
Potret Pembangunan dalam Puisi

Friday, September 04, 2009

Sajak Rajawali - WS Rendra

sebuah sangkar besi
tidak bisa mengubah rajawali
menjadi seekor burung nuri

rajawali adalah pacar langit
dan di dalam sangkar besi
rajawali merasa pasti
bahwa langit akan selalu menanti

langit tanpa rajawali
adalah keluasan dan kebebasan tanpa sukma
tujuh langit, tujuh rajawali
tujuh cakrawala, tujuh pengembara

rajawali terbang tinggi memasuki sepi
memandang dunia
rajawali di sangkar besi
duduk bertapa
mengolah hidupnya

hidup adalah merjan-merjan kemungkinan
yang terjadi dari keringat matahari
tanpa kemantapan hati rajawali
mata kita hanya melihat matamorgana

rajawali terbang tinggi
membela langit dengan setia
dan ia akan mematuk kedua matamu
wahai, kamu, pencemar langit yang durhaka


* ) Rendra, Kumpulan Puisi " Perjalanan Bu Aminah ", Yayasan Obor Indonesia -

Semangaat!

SAJAK SEORANG TUA UNTUK ISTERINYA - WS Rendra


WS. Rendra, Sajak-sajak sepatu tua,1972

Aku tulis sajak ini
untuk menghibur hatimu
Sementara kau kenangkan encokmu
kenangkanlah pula masa remaja kita yang gemilang
Dan juga masa depan kita
yang hampir rampung
dan dengan lega akan kita lunaskan.

Kita tidaklah sendiri
dan terasing dengan nasib kita
Kerna soalnya adalah hukum sejarah kehidupan.
Suka duka kita bukanlah istimewa
kerna setiap orang mengalaminya.

Hidup tidaklah untuk mengeluh dan mengaduh
Hidup adalah untuk mengolah hidup
bekerja membalik tanah
memasuki rahasia langit dan samodra,
serta mencipta dan mengukir dunia.
Kita menyandang tugas,
kerna tugas adalah tugas.
Bukannya demi sorga atau neraka.
Tetapi demi kehormatan seorang manusia.

Kerna sesungguhnyalah kita bukan debu
meski kita telah reyot, tua renta dan kelabu.
Kita adalah kepribadian
dan harga kita adalah kehormatan kita.
Tolehlah lagi ke belakang
ke masa silam yang tak seorangpun kuasa menghapusnya.

Lihatlah betapa tahun-tahun kita penuh warna.
Sembilan puluh tahun yang dibelai napas kita.
Sembilan puluh tahun yang selalu bangkit
melewatkan tahun-tahun lama yang porak poranda.
Dan kenangkanlah pula
bagaimana kita dahulu tersenyum senantiasa
menghadapi langit dan bumi, dan juga nasib kita.

Kita tersenyum bukanlah kerna bersandiwara.
Bukan kerna senyuman adalah suatu kedok.
Tetapi kerna senyuman adalah suatu sikap.
Sikap kita untuk Tuhan, manusia sesama,
nasib, dan kehidupan.

Lihatlah! Sembilan puluh tahun penuh warna
Kenangkanlah bahwa kita telah selalu menolak menjadi koma.
Kita menjadi goyah dan bongkok
kerna usia nampaknya lebih kuat dari kita
tetapi bukan kerna kita telah terkalahkan.

Aku tulis sajak ini
untuk menghibur hatimu
Sementara kaukenangkan encokmu
kenangkanlah pula
bahwa kita ditantang seratus dewa.


...BAHWA KITA DITANTANG SERATUS DEWA.


Friday, July 03, 2009

Ideologi pembangunan

Sebenarnya menurutku apa yang dikemukakan oleh William Easterly sudah terbilang usang. Kita pernah dijajah. Jadi kita tau bagaimana memperjuangkan nasib sendiri. Bagaimana kita harus belajar dari bangsa-bangsa lain di dunia untuk menyusun cita-cita kita sendiri. Apalagi, Indonesia yang merdeka dengan penuh perjuangan.

Ironisnya adalah kita juga bangsa yang lama banget diperalat oleh kata "Pembangunan" atau "Development". Bahkan kita pernah punya bapak pembangunan. Pembangunan itu nyatanya nol besar. Gedung2, waduk, jalan tol, pertumbuhan ekonomi yang diagung2kan serta swasembada beras yang terkenal itu cuma gumpalan-gumpalan awan mimpi yang ada di atas ubun2 kita. Ditiup sedikit saja buyar. Jadilah kita bangsa besar yang nelongso seperti sekarang ini.

Trus, apa yang diceritakan oleh Easterly tentang pembangunan? Monggo disimak ringkasannya.

Pembangunan

Ideologi adalah seperangkat tujuan atau gagasan (wikipedia). Ketika anda menceritakan sesuatu kepada orang lain untuk mempengaruhi cara berfikirnya mengikuti cara anda, ada ideologi di belakangnya. Masih dari wikipedia:

"...a set of ideas proposed by the dominant class of a society to all members of this society. The main purpose behind an ideology is to offer change in society..."

Ideologi adalah seperangkat gagasan yang diajukan oleh kelas yang dominan dari sebuah tatanan masyarakat kepada segenap anggota komunitas itu. Tujuan utama dari sebuah ideologi yakni menawarkan sebuah perubahan dalam kelompok masyarakat.

Demikian juga ideologi pembangunan. Ia berusaha menawarkan perubahan untuk mengatasi problema2 besar dalam masyarakat, mulai dari masalah kemiskinan, buta huruf, hingga pemerintahan tiran. Easterly, pernah bekerja cukup lama untuk WorldBank. Ia mengenal betul seluk beluk isu pembangunan. Memahami interaksi negara maju dan lembaga donor seperti WorldBank, PBB, USAID dengan negara dunia ketiga penerima bantuan.

Dalam pengalamannya, banyak sekali program-program bantuan gagal. Dana yang mengalir malah menciptakan korupsi di pemerintahan. Alih-alih menciptakan masyarakat madani, malah melanggengkan atau menciptakan tiran baru.

Beliau (baru) melihat bahwa gagasan "Development" adalah konsep yang jumawa, angkuh. Saya teringat seorang teman, mahasiswa Uganda yang sedang mengambil S3 di IPB yang merasa sangat terganggu dengan istilah "Third World", dengan istilah "Developed, Developing, Underdeveloped". Darimana datangnya istilah itu kalau bukan dari negara maju? Apakah suku pigmi di gurun kalahari termasuk underdeveloped? Atau orang2 Baduy yang kemana2 jalan kaki itu? Atau saudara2 kita di pegunungan Papua?

Kenyataannya sebagai sebuah konsep, "Development" sangat berhasil. Kita2 ini yang notabene ditetaskan oleh pendidikan ala Barat seperti menerima wahyu. Kita justru ikut mempraktekkan pendekatan ala negara maju dalam menyelesaikan masalah yang kita hadapi. Hasilnya kita menjadi kaki tangan ideologi.

Easterly menjadi kritisi teori Jeffrey Sach sebagai mahaguru pembangunan yang percaya bahwa negara-negara maju dapat membantu negara-negara miskin membuat perubahan dengan mengucurkan bantuan melalui lembaga donor termasuk PBB.

Padahal bantuan dari donor membuat orang jadi bebal. Orang menjadikan kemiskinan sebuah komoditi. Donor akan datang. Jadi kita tidak perlu berpikir keras untuk menyelesaikan masalah kita sendiri. Donor akan mengucurkan dana setelah kita mengajukan proposal. Tanpa kita sadari kita terjebak untuk melakukan apa yang dimaui donor. Karena apa yang tak ada dalam daftar mereka sudah tentu akan dicoret.

Konsep2 seperti Millenium Development Goals misalnya tampak seperti gagasan yang dipaksakan kepada negara2 miskin. Menyamakan kebutuhan rumah tangga kita dengan tetangga kita adalah usaha yang sia2 bukan?

Easterly melihat bahwa kita semua perlu diingatkan, bahwa ideologi pembangunan adalah pendekatan yang salah. Bila benar2 ingin mengenyahkan kemiskinan dari muka bumi, negara2 maju harus sadar dan mengubah cara pandangnya. Yaitu dengan menghargai kebebasan masing2 bangsa menentukan tujuan dan cara hidupnya sendiri. Bantuan pasti dibutuhkan, tetapi menghidupkan semangat kemandirian dalam batin sebuah bangsa adalah cara mujarab lolos dari kefakiran.

Sejarah

Biarpun sedikit usang, namun gagasan Easterly cukup menggelitik. Ia menggugah kita untuk segera ngeh, kalau kita ini jangan taklid dengan gagasan negara maju. Kita lupa bahwa pendidikan seharusnya membuat kita terus menerus mencari kebenaran sejati. Ya, betul bahwa revolusi perancis, revolusi amerika memberi inspirasi oleh pendiri bangsa Indonesia.

Gandhi sahabat pena Leo Tolstoi. Ia menulis berlembar-lembar surat untuk membahas "War and Peace'. Tapi Gandhi tetaplah Gandhi yang menenun pakaiannya sendiri. Yang dibvesarkan oleh kisah Ramayana dan Mahabarata. Berkunjunglah ke Istana Bogor untuk melihat koleksi buku bacaan Soekarno, atau ke museum Hatta untuk melihat perpustakaan Bung Hatta. Betapa kekayaan kultural dunia yang mempengaruhi pemikiran beliau justru memperkaya karakter mereka.

Bagi yang merasa gagasan Easterly terasa terlalu sinis, dan kurang data pendukung, bandingkanlah dengan pikiran dan fakta-fakta dari Paul Collier. Bagaimanapun saya setuju dengannya bahwa ideologi pembangunan harus segera masuk museum dan menjadi bagian dari sejarah. Dunia baru harus disusun dalam tatanan yang lebih masuk akal. Yang menghargai kebebasan setiap orang.

Demikian juga dengan kita. Bangunlah, mari tentukan tujuan hidup. Mari selesaikan masalah2, pekerjaan rumah kita sendiri. Raih kemerdekaan sekali lagi. Dan karena kita merdekanya sedikit belakangan, jadi kita bisa ambil yang bagus2, buang yang jelek2nya. Asiik :)



Disarikan dari:

Easterly:
http://www.nyu.edu/fas/institute/dri/Easterly/File/FP_Article0707.pdf
http://humaninfo.org/aviva/ch10.htm
http://www.nyu.edu/fas/institute/dri/Easterly/
http://www.econlib.org/library/Columns/y2007/Martinezdevelopment.html
http://www.foreignpolicy.com/story/cms.php?story_id=3861
http://www.paecon.net/PAEReview/issue43/Soderbaum43.pdf
http://www.unm.edu/~socdept/graduate/ballard.htm

Paul Collier:
http://users.ox.ac.uk/~econpco/
http://www.ted.com/index.php/talks/paul_collier_shares_4_ways_to_help_the_bottom_billion.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Paul_Collier
http://www.amazon.com/s?ie=UTF8&search-type=ss&index=books&field-author=Paul%20Collier&page=1


Jeffrey Sachs:
http://www.sachs.earth.columbia.edu/
http://www.earth.columbia.edu/endofpoverty/
http://en.wikipedia.org/wiki/Jeffrey_Sachs
http://video.google.com/videosearch?hl=en&q=jeffrey+sachs&um=1&ie=UTF-8&ei=uBY7SsqvI9a2jAe65K0Y&sa=X&oi=video_result_group&resnum=8&ct=title

Others:

http://en.wikipedia.org/wiki/Ideology
http://en.wikipedia.org/wiki/Development_studies
http://en.wikipedia.org/wiki/Development_theory

Thursday, April 02, 2009

From awareness to funding: a study of library support in America

Oleh Jeny Johnson and Alice Sneary

Pada bulan November 2006, Bill & Mellinda Gates Foundation menganugerahkan dana sebesar USD 1,2 juta kepada OCLC untuk kegiatan evaluasi potensi kampanye meraih dukungan buat perpustakaan negara untuk meningkatkan perolehan pendanaan(funding) di Amerika Serikat. Grant tersebut digunakan untuk menyelenggarakan riset kualitatif dan kuantitatif yang luas terhadap para pemilih dan pejabat negara. Tujuannya terdiri dari dua hal:

- Untuk memahami faktor-faktor baik yang mendorong maupun yang membatasi dukungan terhadap pendanaan perpustakaan.

- Untuk memastikan agar kampanye dukungan perpustakaan dapat dilakukan lebih efektif untuk meningkatkan dan memelihara kelangsungan pendanaan bagi perpustakaan umum di Amerika Serikat.

Masalah Dana

Sekitar 80 persen anggaran perpustakaan umum di Amerika serikat berasal dari anggaran publik setempat. Namun banyak jasa pelayanan umum penting lain seperti, polisi,pemadam kebakaran,sekolah negeri,kesehatan umum, pemeliharaan jalan serta pemeliharaan taman umum juga diambil dari anggaran publik yang sama. Semua layanan publik ini sangat penting bagi kehidupan komunitas setempat dan kesemuanya menyedot perhatian dan sokongan dari para pemilih dan pemerintah setempat - namun seberapa banyak dan di mana kedudukannya dalam skala prioritas? Bagaimana para pembayar pajak dan pejabat terpilih berfikir tentang pendanaan layanan seperti ini? Apa harga yang harus dibayar? Bila demikian, seberapa tinggi ranking perpustakaan?

Seperti halnya layanan publik lainnya, perpustakaan menghadapi kendala finansial mulai dari meningkatnya biaya pelayanan kesehatan masyarakat, hingga meluasnya format konten, hingga semakin pesatnya pertumbuhan volume bahan pustaka yang perlu mereka sajikan untuk pengguna. Ketika jumlah kunjungan perpustakaan semakin meningkat di seluruh Amerika, dukungan pemilih pada referendum perpustakaan cenderung menurun secara stabil. Tanpa adanya intervensi, kesempatan untuk mengubah trend ini dan memperbaiki masa depan finansial perpustakaan akan berada dalam situasi yang serius.

Siapa yang harus menjadi sasaran perpustakaan dalam kegiatan advokasinya? Sebelum bergerak maju dengan usaha pemasarannya, pertanyaan-pertanyaan semacam ini harus dijawab terlebih dahulu.

Riset dan Temuan Penting

OCLC bermitra dengan lembaga rise dan marketing, Leo Burnett,untuk mengaplikasikan teknik-teknik pemasaran dan segmentasi pasar terhadap masalah pendanaan perpustakaan umum. Berikut ini temuannya:

- Banyak orang yang mengaku siap mendukung perpustakaan, namun hanya sedikit orang yang sungguh-sungguh berkomitmen melakukannya.

Ketika ditanya apakah merek akan ikut memilih, 74 persen mengatakan ya. Tapi hanya 37 persen yang benar2 berkomitmen.

- Banyak sekali orang yang tidak tau tentang Perpustakaan Umum mereka.

Mungkin banyak orang yang tau tentang layanan tradisional perpustakaan. Tapi sangat sedikit yang tau lebih banyak tentang layanan2 yang mutakhir.

- Pendukung perpustakaan yang paling kuat justru bukan pengguna perpustakaan yang aktif.

Ternyata tidak ada hubungannya antara keikutsertaan pada referendum dengan seberapa sering orang menggunakan perpustakaan. Melakukan advokasi untuk mendapatkan dukungan perpustakaan kepada "pengguna" perpustakaan dapat berarti memfokuskan usaha dan energi pada kelompok sasaran yang salah.

- Persepsi pustakawan merupakan faktor penentu dalam mendapatkan dukungan keuangan.

Pemilih yang melihat pustakawan yang berkomitmen kuat bekerja di perpustakaan mereka, sangat mungkin akan mendukung perpustakaan. Jadi, pustakawan yang akrab dengan kegiatan komunitasnya dapat melakukan perubahan.

- Kebanyakan pemilih melihat perpustakaan sebagai "penyedia informasi". Namun mereka yang menilai bahwa perpustakaan sebagai agen perubahan lah yang paling berpotensi meningkatkan pembayaran pajak untuk memberi dukungannya.

- Meningkatkan dukungan kepada perpustakaan tidak sertamerta berdampak pada penurunan dukungan anggaran pada layanan publik lainnya.

Sebuah perbandingan atas kesediaan pemilih untukpeningkatan nilai pajak guna mendukung berbagai fasilitas layanan publik, termasuk keamanan,kesehatan dan pendidikan menunjukkan bahwa pemilih yang mendukung pendanaan Perpustakaan Umum juga merupakan pemilih yang paling mungkin memberikan dukungan keuangan kepada polisi, pemadam kebakaran dan sekolah-sekolah.

Anda dapat menemukan lebih banyak detil dan temuan lainnya pada laporan lengkapnya. Berita baiknya adalah angka orang Amerika pada umumnya menempatkan perpustakaan umum pada posisi yang tinggi ternyata cukup signifikan. Hasil riset advokasi ini menunjukkan bahwa bila kita membidik sasaran pemilih dengan tepat dan melibatkan mereka dalam program advokasi kita,itu akan meningkatkan potensi pendanaan.

Unduh laporan tersebut di:

http://www.oclc.org/reports/funding/default.htm

Diterjemahkan oleh Bagus (listmanager_2 [at] yahoo [dot] com)

Sunday, March 29, 2009

Kasih Sayang

Kadang2 saya berangan2, andaikan saya kaya, pasti saya akan bisa menolong orang. Tidak ada yang meremehkan saya. Kekayaan bisa membuat semua orang menjadi ramah. Wanita2 cantik akan melirik dan senang berada di dekat saya. Dengan kekayaan saya akan membuat orang lain mengerjakan segala sesuatu untuk saya. Saya tidak perlu capek2 untuk segala hal.

Ketika saya naik bus reguler, metro mini, atau koantas bima yang berdesakan, saya kadang merasa begitu kuatir. Takut sekali dicopet. Takut berantem dengan pengamen yang berlagak baru keluar dari penjara atau mengaku korban kerusuhan ambon. Bagaimana seandainya saya harus berkelahi dengan salah satu pencopet dan berakhir dengan saya dikeroyok babak belur. Atau seperti teman saya yang dicus pipinya dengan obeng oleh penodong iseng.

Andai saja saya sekuat Arnold Schwarzeneger, atau sakti seperti Gatotkaca yang otot kawat, tulang besi, dengkulnya paron, ora tedas tapak paluning pande sisaning gurindo. Otot kawat, tulang besi, dengkulnya paron(baja tatakan pandai besi), nggak mempan palu nya pandai besi dan gerinda. Penjahat seperti itu pasti akan saya tempeleng bolak-balik sampai ngompol di celana.

Ketika teman2 mengajak saya berkunjung ke panti asuhan. Hal pertama yang mereka inginkan bukan apa2. Mereka cuma ingin digendong. Di pelukan atau menggemblok di punggung. Betapa permohonan yang sederhana. Mereka tentu saja sangat nakal, karena tidak ada orang yang memberi perhatian cukup untuk memandu mereka di alam dunia ini. Dengan naifnya mereka meraba2, yang baik dan yang benar, yang pantas, dan merespon kebutuhan batin dan fisik yang muncul dalam diri mereka dengan jujur.

Dalam suasana seperti itu, saya rasa, semua hati akan terketuk. Andai saja saya memiliki kuasa untuk menolong mereka. Andai saya punya tangan yang banyak untuk merangkul, membopong dan membiarkan mereka menggemblok sesuka hatinya di punggung dan bahu saya yang lebar. Bukankah akan indah melihat anak2 semacam itu bahagia seperti anak2 lain yang berbapak dan ibu? Andaikan kamu berada di sisi mereka ketika tidur, akan kau akan memetik sebuah kecupan, dongeng indah, tepukan lembut dan kidung pengantar tidur dari mimpi2 mereka?

***

Ketika saya berkunjung ke panti rehabilitasi mental, yah sebut saja Rumah Sakit Jiwa, saya sangat takut. Saya punya satu di rumah. Meski begitu, saya sama sekali tidak bisa membayangkan seperti apa suasana di sana. Saya begitu putus asa dalam jebakan masalah yang berkepanjangan ini. Itu yang membuat saya nekat berangkat sendirian untuk mengecek alamat yang diberikan oleh dokter Irmansyah. Saya begitu nekat hingga berbicara seperti berteriak kepada bapak, ibu dan adik2.

"Kalo nunggu2 abang2 gue yang laen, sampe kiamat, nggak bakal selesai!"

Bukan, bukan cuma marah. Saya rasa, itu benar2 teriakan putus asa. Saya merasa tenggelam begitu dalam dalam lumpur kesengsaraan ini. Dan makin dalam, hingga suatu saat kita terkubur. Tanpa satu orangpun mendengar kita berteriak minta tolong. Saya tidak mau tenggelam, saya ingin menyelesaikan ini sekarang, atau kita akan hancur.

Ketika angkot akhirnya berhenti di muka panti. Saya bingung mencari alamat itu. Setelah bertanya kesana kemari akhirnya ketemu. Saya tidak melihat rumah, hanya pagar tinggi dengan kawat berduri di atasnya dengan gerbang tertutup plat baja yang seingatku berwarna hijau. Sebuah plang menunjukkan itu tempatnya. Saya mengetuk pintu pagar. Tak berapa lama seseorang membukanya dengan hati2 dan memandu saya memasuki halaman.

Sampai sekarang, saya tidak bisa menggambarkan bagaimana orang2 disana. Tidak seperti penulis yang bisa bercerita tentang pandangan mata yang kosong atau tatapan yang nanar. Saya sungguh2 tidak bisa menuliskannya. Setelah kakak saya akhirnya dirawat di sana. Saya berkesempatan menjenguknya. Saya tidak tau apakah dia sadar atau tidak. Tapi kami bercakap2 menanyakan kabar masing2. Kadang sambil menunggu dia keluar menemui saya, saya berjalan2 melihat lukisan2 dan prakarya para penderita. Ada kata2 dan harapan di satu dua lukisan. Lukisan yang agak kasar, tapi banyak juga yang indah dalam sudut pandang berbeda. Saat saya mengenangkannya sekarang, deretan peristiwa itu tidak hanya luar biasa. Namun indah, karena kepasrahan kami menjalaninya. Tentu saja kami terpaksa melalui itu semua. Kami hanya boneka yang bergerak karena benang2 digerakkan dari langit oleh Tuhan. Semua orang juga begitu kan?

***

Mungkin sekali, dunia ini digerakkan oleh dua hal, kemungkinan dan kenyataan. Kemungkinan membuat orang berangkat bekerja pagi2 mendahului ayam yang akan mematuk rejekinya. Kenyataan membuat orang pulang kerja dengan kepenatan dan jeritan stres yang membuat sambutan seorang istri seperti ejekan yang tajam. Atau sebaliknya, membuat hari itu menjadi serba mudah dan membuatmu ingin segera pulang memeluk keluarga dengan cinta.

Apa yang terjadi di keluarga saya, membuat saya begitu sensitif. Saya bisa menangis melihat pengemis di jalan, pedagang tua renta. Apalagi melihat orang gila yang kumuh dan telanjang mengembara kesana kemari. Pokoknya saya tidak bisa melihat kesusahan orang lain. Bila ada keping terakhir di saku saya, pasti akan saya berikan saat itu juga. saya tak perduli bila harus pulang jalan kaki berkilo-kilo.

Perlu waktu bertahun2 untuk sembuh, dan mencari keseimbangan yang tepat. Tidak cuma kakak saya yang harus dikembalikan ke realita dengan bantuan obat. Kamipun perlu waktu dan udara segar untuk akhirnya bisa mengistirahatkan jiwa kami dan mulai berfikir jernih.

Mereka yang berfikir kalau kekayaan, jabatan, kekuasaan, kecantikan akan melindungi mereka, adalah yang gila. Lebih gila dari kakak saya. Lebih gila dari saya yang merasa kalau memiliki kekuatan semacam itu akan membuat dunia ini lebih baik.

Padahal dunia ini menjadi lebih baik ketika saya memiliki rasa kasih dan sayang, ketika saya sendiri dalam kesusahan. Terlebih lagi ketika kita menyayangi keluarga dengan kata2 dan perlakuan yang lembut. Tidak seperti kami yang harus saling berteriak untuk menyampaikan perasaan dan gagasan.

Berandai2 memiliki kekuatan, kekuasaan, yang lebih dari orang lain bukanlah jawaban. Sama seperti janji politikus yang ingin mengubah dunia bila berkuasa. Dunia sudah berputar semestinya sebelum kita ada, sayangku. Dan akan terus begitu setelah kita pergi... Bila kita sungguh-sungguh ingin membuat dunia ini lebih baik, mari kita bersahabat dengan kasih sayang. Mari kita memohon percikan kemuliaan Ar Rahman dan Ar Rahiim dalam hati kita. Lakukan dengan cinta dan serahkan diri kita sepenuhnya kepada Allah. Dunia pasti akan lebih indah, karena cinta menular lebih cepat daripada kolera.