Tuesday, November 02, 2004

Procrastination - Sang Pencuri Waktu

Anda pasti sering mendengar istilah Sistem Kebut Semalam? Yaitu kebiasaan untuk belajar atau mengerjakan suatu tugas setelah mendekati batas waktu. Umumnya kita tidak terlalu mempersoalkan hal ini karena nilai atau target kerja yg dicapai orang tersebut cukup memadai dan kita hanya menganggapnya sebagai persoalan manajemen waktu semata. Namun sebenarnya dibalik perilaku suka menunda2 atau procrastination ini tersembunyi persoalan yang sebaiknya kita ketahui agar tidak menjadi penghambat kesuksesan anda.

catatan sejarah paling tua di timur jauh tentang fenomena ini adalah teks Hindu yang tercantum dalam Bhagavad Gita yang ditulis sekitar tahun 500SM. Dalam teks itu Khrisna menyebutkan tentang kata tamaasika yaitu orang yang tidak disiplin, vulgar, keras kepala, kejam, malas, dan suka menunda. Orang seperti ini akan masuk neraka. Di barat catatan tertua berasal dari seorang penyair Yunani Hesiod yang menulis di sekitar tahun 800 SM yang mengatakan agar tidak menunda pekerjaan hingga esok atau lusa karena nantinya akan merusak apa yang kita kerjakan.

Tetapi pada sekitar revolusi industri lah, masalah procrastination ini mulai mengemuka dikarenakan terjadi perubahan pola kehidupan yang besar pada masyarakat. Noach Milgram (1992) orang pertama yang melakukan analisa historis mengenai fenomena ini mengatakan bahwa, procrastination muncul karena secara teknis kelompok masyarakat yang relatif maju membutuhkan banyak komitmen, tenggat waktu, dan jadwal. Sehingga masyarakat agraris cenderung tidak siap menghadapi hal tersebut.

Berdasarkan penelitian awal Dr. Piers Steel dari Universitas Calgary Canada, tahun 1978, sekitar 15% populasi mengakui bahwa mereka mengalami procrastinasi dalam banyak hal dan sekitar 1% melakukan procrastinasi kadang-kadang saja. Di tahun 2002, mereka yang mengaku mengalami gejala procrastinasi jumlahnya meningkat hingga 60% dari populasi dan sisanya sekitar 6% yang melakukannya kadang-kadang saja. Di luar peningkatan ini, catatan historis menunjukkan bahwa gejala procrastination relatif konstan dari tahun ke tahun.

Di luar itu semua, procrastination merupakan bagian tak terpisahkan dari hidup manusia. Ia menempati sisi dalam kita yang merefleksikan kondisi kehidupan di luar diri kita. Meskipun kita seharusnya lebih fokus kepada aspek2 kemanusiaan lain yang lebih fundamental, pemahaman terhadap fenomena procrastination sangat relevan bagi kehidupan kita di masa kini.

Karakteristik

Satu sifat yang menonjol dari sang penunda adalah sikap optimis yang berlebihan. Semuanya terkendali dan tugas akan terselesaikan sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Biasanya sikap itu akan disertai penekanan bahwa tugas itu dapat diselesaikan dengan mudah sedangkan waktu tenggat masih sangat jauh. Padahal ujung-ujungnya segalanya berjalan di luar kendali.

Satu-satunya bukti ia melakukan kemajuan dalam pekerjaannya adalah karena ia tak punya pilhan lain selain menyelesaikannya sesegera mungkin. Saat itu ia merasa sangat bersemangat dan penuh energi dalam mengerjakan tugas, namun sebenarnya ia telah kehilangan kebebasan. Dan bila hasil kerjanya mendapat respon yang baik, ia akan semakin dalam terjerat dalam kebiasaan menunda yang kronis.

Karakteristik lainnya adalah, percaya diri yang rendah, sok sibuk, keras kepala, manipulatif, stres terhadap kehidupan sehari2 dan frustasi. Sang penunda seringkali memiliki ketidakyakinan kita dalam mencapai kualitas kerja atau prestasi yang tinggi. Banyak alasan, entah itu sibuk, atau karena hal-hal lain yang ia kemukakan. Akhirnya ia akan merasa frustasi karena tidak bisa bekerja seperti orang lain tanpa mengetahui sebabnya.

Dalam psikologi, penjelasan tentang fenomena procrastination sangatlah kompleks. Ada setidaknya empat alasan mengapa kita menunda. Pertama, pekerjaan tersebut sulit. Kedua, memakan banyak waktu, sedangkan waktu luang hanya tersisa di akhir minggu. Ketiga, rendahnya pengetahuan dan keahlian, atau kemampuan kita untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Sedangkan yang keempat adalah, rasa takut, orang lain akan mengetahui hasil kerja kita buruk.

Lakukan kebalikannya

Semua orang tahu, tak mudah mengubah kebiasaan yang sudah bersemayam begitu lama dalam diri kita. Tapi tentu saja kita bisa berubah asal pertama-tama kita sudah sadar ada hal yang salah dalam diri kita. lalu cara termudah mengatasinya adalah dengan melakukan kebalikan dari empat alasan tadi.

Cobalah secara sadar untuk mengakui bahwa anda menunda pekerjaan tanpa alasan yang benar2 kuat. Kenali alasan-alasan itu, buatlah daftar panjang secara tertulis. Pikirkan baik-baik alasan tersebut dan buatlah kontradiksi terhadapnya. Bersikaplah logis dan kuatkan hati anda untuk melawan alasan-alasan itu. Dan yang terpenting segeralah mulai bekerja.

Berfikirlah bahwa pekerjaan itu mudah sehingga anda sanggup mengerjakannya. kerjakan langkah demi langkah, sedikit demi sedikit. Bila anda merasa jenuh, kerjakan hal lain selama beberapa menit, namun berkomitmen untuk kembali ke pekerjaan sebelumnya lima menit kemudian. Bila perlu, ceritakan pekerjaan itu kepada orang lain sehingga anda akan terdorong untuk mengerjakannya segera karena tuntutan publik. Akan sangat membantu bila ada sahabat atau rekan kerja di sekitar anda yang bisa dijadikan tauladan. Contohlah etos kerja mereka.

Bila anda merasa kurang nyaman bekerja di lingkungan tertentu, cobalah cari lokasi lain yang anda sukai. Dengan demikian mood bekerja anda akan bangkit dengan sendirinya. Tentu saja kita tak bisa pindah ruang seenaknya di kantor, tapi anda kan masih bisa mencoba mengubah layout sedikit atau menghias meja kerja sesuai selera.

Hal penting lain yang sangat membantu adalah dengan membiasakan membuat rencana kerja. Buatlah rencana kerja esok hari di rumah. Mulailah dengan membuat corat-coret outline kegiatan. Lalu menyusun prioritas dan alur kerja. Jangan berfikir hal ini akan tambah merepotkan anda. Susunlah sefleksibel mungkin, terbuka bila ada hal-hal yang meleset dari jadwal. Hidup tak harus sempurna, sehingga tak ada yang perlu ditakutkan.

Sekarang juga!

Sekarang anda telah mengetahui serba sedikit tentang procrastination, sang pencuri waktu. Anda boleh mencari pengetahuan lebih banyak tentangnya dari buku-buku, psikolog, atau dari internet. Mudah-mudahan itu menjadi bagian dari kesadaran kita mengakui adanya masalah. Semoga semangat itu cukup banyak untuk memulai kita berubah. Jangan buang banyak waktu, catatlah tugas2 anda dan pilih prioritasnya lantas kerjakan sekarang juga.


Disarikan dari berbagai sumber.

2 comments:

Anonymous said...

Hai, saya sari. Saya tertarik dengan tulisan anda mengenai prokrastinasi,yang kebetulan juga merupakan tema skripsi yang akan saya ambil. Bisakah saya mohon bantuan anda, mungkin anda memiliki referensi lain tentang prokrastinasi?jika ada, mohon dikirim ke alamat e-mail saya : sariwidi_pamungkas@yahoo.co.id
Terima kasih.

Anonymous said...

assalamualaikum.
saya handika, mahasiswa STIS yg mo nulis skrpsi ttg prokrastinasi.bolehkah saya mohon bantuan anda, jika ada referensinya, bisakah dikirim ke alamat email saya: akh_h4ndik4@yahoo.com.
terima kasih