Sunday, March 29, 2009

Kasih Sayang

Kadang2 saya berangan2, andaikan saya kaya, pasti saya akan bisa menolong orang. Tidak ada yang meremehkan saya. Kekayaan bisa membuat semua orang menjadi ramah. Wanita2 cantik akan melirik dan senang berada di dekat saya. Dengan kekayaan saya akan membuat orang lain mengerjakan segala sesuatu untuk saya. Saya tidak perlu capek2 untuk segala hal.

Ketika saya naik bus reguler, metro mini, atau koantas bima yang berdesakan, saya kadang merasa begitu kuatir. Takut sekali dicopet. Takut berantem dengan pengamen yang berlagak baru keluar dari penjara atau mengaku korban kerusuhan ambon. Bagaimana seandainya saya harus berkelahi dengan salah satu pencopet dan berakhir dengan saya dikeroyok babak belur. Atau seperti teman saya yang dicus pipinya dengan obeng oleh penodong iseng.

Andai saja saya sekuat Arnold Schwarzeneger, atau sakti seperti Gatotkaca yang otot kawat, tulang besi, dengkulnya paron, ora tedas tapak paluning pande sisaning gurindo. Otot kawat, tulang besi, dengkulnya paron(baja tatakan pandai besi), nggak mempan palu nya pandai besi dan gerinda. Penjahat seperti itu pasti akan saya tempeleng bolak-balik sampai ngompol di celana.

Ketika teman2 mengajak saya berkunjung ke panti asuhan. Hal pertama yang mereka inginkan bukan apa2. Mereka cuma ingin digendong. Di pelukan atau menggemblok di punggung. Betapa permohonan yang sederhana. Mereka tentu saja sangat nakal, karena tidak ada orang yang memberi perhatian cukup untuk memandu mereka di alam dunia ini. Dengan naifnya mereka meraba2, yang baik dan yang benar, yang pantas, dan merespon kebutuhan batin dan fisik yang muncul dalam diri mereka dengan jujur.

Dalam suasana seperti itu, saya rasa, semua hati akan terketuk. Andai saja saya memiliki kuasa untuk menolong mereka. Andai saya punya tangan yang banyak untuk merangkul, membopong dan membiarkan mereka menggemblok sesuka hatinya di punggung dan bahu saya yang lebar. Bukankah akan indah melihat anak2 semacam itu bahagia seperti anak2 lain yang berbapak dan ibu? Andaikan kamu berada di sisi mereka ketika tidur, akan kau akan memetik sebuah kecupan, dongeng indah, tepukan lembut dan kidung pengantar tidur dari mimpi2 mereka?

***

Ketika saya berkunjung ke panti rehabilitasi mental, yah sebut saja Rumah Sakit Jiwa, saya sangat takut. Saya punya satu di rumah. Meski begitu, saya sama sekali tidak bisa membayangkan seperti apa suasana di sana. Saya begitu putus asa dalam jebakan masalah yang berkepanjangan ini. Itu yang membuat saya nekat berangkat sendirian untuk mengecek alamat yang diberikan oleh dokter Irmansyah. Saya begitu nekat hingga berbicara seperti berteriak kepada bapak, ibu dan adik2.

"Kalo nunggu2 abang2 gue yang laen, sampe kiamat, nggak bakal selesai!"

Bukan, bukan cuma marah. Saya rasa, itu benar2 teriakan putus asa. Saya merasa tenggelam begitu dalam dalam lumpur kesengsaraan ini. Dan makin dalam, hingga suatu saat kita terkubur. Tanpa satu orangpun mendengar kita berteriak minta tolong. Saya tidak mau tenggelam, saya ingin menyelesaikan ini sekarang, atau kita akan hancur.

Ketika angkot akhirnya berhenti di muka panti. Saya bingung mencari alamat itu. Setelah bertanya kesana kemari akhirnya ketemu. Saya tidak melihat rumah, hanya pagar tinggi dengan kawat berduri di atasnya dengan gerbang tertutup plat baja yang seingatku berwarna hijau. Sebuah plang menunjukkan itu tempatnya. Saya mengetuk pintu pagar. Tak berapa lama seseorang membukanya dengan hati2 dan memandu saya memasuki halaman.

Sampai sekarang, saya tidak bisa menggambarkan bagaimana orang2 disana. Tidak seperti penulis yang bisa bercerita tentang pandangan mata yang kosong atau tatapan yang nanar. Saya sungguh2 tidak bisa menuliskannya. Setelah kakak saya akhirnya dirawat di sana. Saya berkesempatan menjenguknya. Saya tidak tau apakah dia sadar atau tidak. Tapi kami bercakap2 menanyakan kabar masing2. Kadang sambil menunggu dia keluar menemui saya, saya berjalan2 melihat lukisan2 dan prakarya para penderita. Ada kata2 dan harapan di satu dua lukisan. Lukisan yang agak kasar, tapi banyak juga yang indah dalam sudut pandang berbeda. Saat saya mengenangkannya sekarang, deretan peristiwa itu tidak hanya luar biasa. Namun indah, karena kepasrahan kami menjalaninya. Tentu saja kami terpaksa melalui itu semua. Kami hanya boneka yang bergerak karena benang2 digerakkan dari langit oleh Tuhan. Semua orang juga begitu kan?

***

Mungkin sekali, dunia ini digerakkan oleh dua hal, kemungkinan dan kenyataan. Kemungkinan membuat orang berangkat bekerja pagi2 mendahului ayam yang akan mematuk rejekinya. Kenyataan membuat orang pulang kerja dengan kepenatan dan jeritan stres yang membuat sambutan seorang istri seperti ejekan yang tajam. Atau sebaliknya, membuat hari itu menjadi serba mudah dan membuatmu ingin segera pulang memeluk keluarga dengan cinta.

Apa yang terjadi di keluarga saya, membuat saya begitu sensitif. Saya bisa menangis melihat pengemis di jalan, pedagang tua renta. Apalagi melihat orang gila yang kumuh dan telanjang mengembara kesana kemari. Pokoknya saya tidak bisa melihat kesusahan orang lain. Bila ada keping terakhir di saku saya, pasti akan saya berikan saat itu juga. saya tak perduli bila harus pulang jalan kaki berkilo-kilo.

Perlu waktu bertahun2 untuk sembuh, dan mencari keseimbangan yang tepat. Tidak cuma kakak saya yang harus dikembalikan ke realita dengan bantuan obat. Kamipun perlu waktu dan udara segar untuk akhirnya bisa mengistirahatkan jiwa kami dan mulai berfikir jernih.

Mereka yang berfikir kalau kekayaan, jabatan, kekuasaan, kecantikan akan melindungi mereka, adalah yang gila. Lebih gila dari kakak saya. Lebih gila dari saya yang merasa kalau memiliki kekuatan semacam itu akan membuat dunia ini lebih baik.

Padahal dunia ini menjadi lebih baik ketika saya memiliki rasa kasih dan sayang, ketika saya sendiri dalam kesusahan. Terlebih lagi ketika kita menyayangi keluarga dengan kata2 dan perlakuan yang lembut. Tidak seperti kami yang harus saling berteriak untuk menyampaikan perasaan dan gagasan.

Berandai2 memiliki kekuatan, kekuasaan, yang lebih dari orang lain bukanlah jawaban. Sama seperti janji politikus yang ingin mengubah dunia bila berkuasa. Dunia sudah berputar semestinya sebelum kita ada, sayangku. Dan akan terus begitu setelah kita pergi... Bila kita sungguh-sungguh ingin membuat dunia ini lebih baik, mari kita bersahabat dengan kasih sayang. Mari kita memohon percikan kemuliaan Ar Rahman dan Ar Rahiim dalam hati kita. Lakukan dengan cinta dan serahkan diri kita sepenuhnya kepada Allah. Dunia pasti akan lebih indah, karena cinta menular lebih cepat daripada kolera.

2 comments:

Anonymous said...

Salam Kenal aku Pujiantoro,klo mo main kunjungin aja disini
See You!! Makasih ya!
Bagus blognya,sesuai namanya :)

Anonymous said...

Bagus mas!! sesuai namanya :)
me on http://pelajaran-blog.blogspot.com/