EUGENE POTTIER
Hanya bermantel dingin membeku
dikala turun hujan gerimis,
yang menimpa seluruh Paris,
kaki-kaki berlumur lumpur,
menghadapi senapan mesin
hanya bersenjata beberapa senapan tua,
pekak telinga karena teriak kelaparan
yang menggantikan perasaan halus,
dan dalam kehausan membakar jasad
tetap tampil dalam perjuangan besar ini.
Dalam pertempuran Februari atau Revolusi Juli,
di kala para anggota ditembaki dalam pertempuran
untuk apa dada telanjang jadi korban tembakan pasukan tempur,
dan disiksa dipinggir-pinggir jalan,
hingga yang tersisa hanya pakaian compang-camping.
Inginkah mereka akan atap istana yang gemerlapan
untuk menyembunyikan tulang-belulang yang beku kedinginan,
inginkah mereka berguling di ranjang-ranjang mewah ?
Tidak ! Bukan untuk itu mereka luka.
Yang mereka butuhkan adalah hak-hak mereka dan roti !
Roti untuk anak-anak mereka yang menderita
tersiksa kemiskinan dan kelaparan !
Hak-hak mereka lah yang harus ditakar pada timbangan,
dimana diukur nasib mereka.
Seharusnya, pada akhirnya di bumi Perancis
setiap orang adalah warganegara !
Tapi hak-hak yang diidamkan ini dibayar dengan nyawa,
harus mereka rebut dengan perjuangan.
Di Istana para Penguasa,
dengan jari tangan-tangan mereka yang kurus kering
telah digoreskan mereka kata-kata:
HIDUP MERDEKA ATAU MATI.
Thursday, October 26, 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment