Digital Object Identifier atau lebih lengkapnya Digital Object Identifier System adalah sebuah sistem baku untuk mengidentifikasi suatu kandungan(content) pada jaringan digital. Sulit memahami artinya? Tentu saja. Nah sekarang mari kita buat lebih mudah.
Coba anda kunjungi website Bob Smith, seorang ahli konservasi di:
http://www.mosaic-conservation.org/people/rjs_publ.html
Di websitenya itu, lihatlah artikel berjudul "Elephant Hunting and Conservation". Kemudian, mari kita kunjungi website majalah Science dimana artikel tersebut dimuat:
http://www.sciencemag.org/cgi/content/short/293/5538/2203b .
Lihatlah data : DOI: 10.1126/science.293.5538.2203b . Itulah salah satu contoh penggunaan Digital object Identifier.
DOI memang paling banyak digunakan dalam mengelola artikel ilmiah. Namun menurut International DOI Foundation, lembaga pengelola DOI, sistem ini dapat diigunakan untuk mengelola text, audio, images, software, dan lain sebagainya.
Kenapa DOI dibutuhkan?
Setelah kita melihat websitenya Bob Smith, coba klik link menuju artikel "Elephant hunting" tadi. Dari situ, kita bisa melihat bahwa file pdf artikel itu di host di server universitas kent di inggris. Sementara bila kita klik link di majalah science, pdfnya disimpan di server yang berbeda. Di internet, lokasi sebuah obyek digital berubah-ubah dengan cepat tanpa dapat kita lacak lagi. Tidak cuma lokasi servernya, tapi juga nama file, format filenya dan lain-lain. Hal itu akan menyulitkan dalam melakukan transaksi atau lalu lintas pertukaran data.
Pada sisi lain, sebuah obyek digital juga mengandung implikasi hak kekayaan intelektual. Buat penerbit, yang paling mereka inginkan adalah bagaimana sebuah karya bisa dipasarkan seluas2nya namun tetap merujuk secara unik kepada obyek yang tunggal. Jadi silahkan melakukan pendekatan melalui search engine manapun, melalui hyperlink yang berlapis2, lewat social bookmark, melalui review di media, atau lewat rujukan email kawan anda. Tapi ujung-ujungnya akan merujuk kepada sebuah identitas obyek yang sama. Itulah yang dilakukan oleh DOI. DOI bersifat permanen, tidak berubah selamanya meskipun url aslinya sudah berubah.
Salah satu pengguna DOI yang paling besar dewasa ini adalah Crossref (http://www.crossref.org/) yaitu sebuah asosiasi keanggotaan independen yang dibentuk oleh para penerbit. CrossRef memungkinkan penerbit bekerjasama mengimplementasikan sistem registrasi DOI secara kolektif. Selain itu, sejumlah lembaga registrasi ISBN kini juga telah bertindak sebagai lembaga registrasi sistem DOI.
Syntax DOI dan DOI Resolution
DOI terdiri dari deretan simbol alfanumerik. Kombinasi huruf dan angka itu memiliki arti khusus. Sebagai contoh:
DOI: 10.1126/science.293.5538.2203b
Bagian awal, 10.1126/science merupakan identitas publishernya, Science Magazine.
Bagian keduanya 293.5538.2203b merupakan kode unik artikel tersebut.
meskipun kelihatan sederhana, implementasi DOI cenderung semakin canggih. Salah satunya adalah fitur yang disebut DOI Resolution.
Coba pada browser di komputer, anda ketikkan kode DOI pada address box dengan menambahkan proxy yang ditentukan IDF yaitu menjadi "http://dx.doi.org/10.1126/science.293.5538.2203b". Ketika anda menekan enter, ia akan langsung menghubungkan anda ke tempat dimana dokumen tersebut berada.
Kemudian kita coba pada doi:10.1000/182 yaitu berupa DOI Handbook. Namun ketika kita ketik http://dx.doi.org/10.1000/182 di address box browser, akan tampil beberapa data pendukung selain juga link ke DOI Handbook itu. Di sini kita bisa mengenal yang disebut DOI "Resolution" yaitu bagaimana sebuah dapat digunakan oleh penerbit untuk menunjukkan berbagai macam data yang mengacu kepada dokumen utamanya.
Untuk Pengguna
Bagi pustakawan seperti saya, banyak permintaan informasi yang mengharuskan saya berkenalan dengan DOI. Bila organisasi anda melanggan jurnal ilmiah melalui pihak ketiga seperti scopus, sciencedirect, ingenta dan kawan2, pasti tidak usah terlalu memikirkan apa arti DOI, karena begitu klik langsung bisa didownload artikelnya. Tapi bagi yang tidak melanggan, DOI bisa menjadi salah satu cara menemukan dokumen yang kita mau.
Ketika anda masuk www.doi.org ada search box untuk mencari dengan kode DOI. Atau coba gunakan tools berikut http://www.doi.org/tools.html. Kita pilih saja salah satu. Sebagian diantaranya menggunakan fasilitas toolbar di browser anda. Ada yang terintegrasi dengan google toolbar. Mencari langsung di google juga bisa. Tinggal ketik dan enter, sudah langsung ketemu links nya.
Bagi penerbit atau library yang ingin menerbitkan dokumen di internet, masalahnya adalah bagaimana mendaftarkan DOI untuk dokumennya? Nah, untuk itu silahkan berkunjung ke:
http://www.doi.org/registration_agencies.html
Ada juga agen komersial yang menyediakan jasa registrasi yaitu:
http://www.contentdirections.com
Semoga berguna.
****
Disarikan dari sumber2 berikut:
http://www.doi.org/
http://en.wikipedia.org/wiki/Digital_object_identifier
http://www.copyright.com.au/doi.htm
http://www.doi.copyright.com.au/
http://www.press.umich.edu/jep/03-02/doi.html
http://xml.coverpages.org/doi.html
http://www.asidic.org/meetings/newsletters/F03Newsletter.pdf
http://www.ariadne.ac.uk/issue8/unique-identifiers/
http://hdl.handle.net/
http://www.handle.net/
Wednesday, November 14, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
wah terimkasih udah sharing tentag ini.
salam kenal
wawan
Post a Comment