Wednesday, December 20, 2006

Sang pagi

Ade sebenarnya sudah terbangun oleh hangatnya sinar mentari yang menyusup melalui renda2 gording kamar. Namun rasa malas menahannya untuk bangkit. Ia menyukai pekerjaan dan lingkungan kerja kantornya yang sekarang, tapi tetap saja berat untuk memulai hari. Karena itu ia sedikit kesal ketika dua kelinci kesayangannya mengganggunya dari tempat tidurnya yang nyaman.

"Tante2, kakak nakal. Bekalku diambil..." gadis kecil itu nyelonong masuk ke kamarnya dan merajuk dari sisi tempat tidur. Ade beringsut ke arah keponakannya yang cantik. Ia membelai rambutnya lalu menjulurkan kedua belah tangannya ke ketiak gadis kecil itu lalu mengangkatnya ke pangkuannya. Ia menciumnya dengan lembut menenangkan. Pikirannya melayang kepada seorang laki-laki kuat yang selalu membangunkannya dengan sebuah ciuman hangat pagi-pagi sekali. Ia begitu pandai memilih tempat untuk menghangatkan cintanya dengan sebuah ciuman di matanya yang bulat, di dahi, di bibirnya yang penuh atau rambutnya yang harum. Ia tersenyum mengenangnya.

"Ya sudah, nggak papa sayang, nanti tante ganti dengan yang lebiiih enak. Atau tante kasih hadiah aja ya?" katanya lembut.

"Hadiahnya apa tante?" si kelinci putih merajuk.

"Rahasia dong.." jawabnya tersenyum. Mungkin ia akan mengajak gadis kecil itu jalan2.

"Tante curang, kakak dikasih hadiah juga dong," kelinci lainnya ikut merajuk.

Ade menepuk selimut di pangkuannya mengajak laki-laki kecil itu naik juga. Ia memeluk keduanya dengan sayang. "Makanya kakak mesti sayang dengan adek. Kakak kan sudah dapet kue juga dari mama?"

Adik iparnya memang memilih untuk berepot2 ria membuatkan bekal setiap pagi daripada memberi uang jajan kepada keponakannya. Si kakak mengangguk menyesal lalu menggandeng adiknya keluar dengan mesra setelah Ade menjanjikan keduanya jalan2. Ia memandanginya dari atas tempat tidur sambil memeluk lutut yang terbungkus selimut. Ia begitu beruntung memiliki semua ini. Lebih penting lagi, ia harus segera bangkit dan memulai kehidupan hari ini.

***

Sebuah sms masuk di hp Ade. Sebuah ucapan selamat pagi dari seseorang yang dia sayangi.

"Morning Sunshine" katanya menyapa. Sebuah salam yang membahagiakan. Ia menjawabnya dgn senang sambil memacu mobilnya menuju kota Bogor.

Ada beberapa orang pria yang ia suka sejak kepergian mendiang suaminya. Ada seorang laki-laki yang mulai ia cintai tapi pergi jauh mengejar idealismenya sendiri. Dan seorang teman yang datang tiba-tiba mengacaukan perasaannya dengan keunikannya sendiri.

"Ah, laki-laki dan egonya" benaknya berujar. Ia tersenyum getir sendirian. Diputarnya kemudi menghindari egosan truk gandeng yang memotong jalur depan.

Ade seperti perempuan kebanyakan hanya membutuhkan ketulusan, kesungguhan seorang laki-laki untuk memintanya menempuh hidup berdampingan. Jika kamu mencintainya dengan penuh. Ia akan menjadi wanita yang merawatmu ketika kamu sakit atau menemanimu dalam kegelapan yang tak menentu. Dalam susah dan senang.


Ade menginjak rem perlahan. Setelah membayar tol, ia membelokkan mobilnya ke arah kantornya di pinggiran kota. Kedua pria itu mengisi hatinya dengan caranya masing-masing.

***

Aku sendiri memulai hari dengan setumpuk pekerjaan. Akhir tahun semua bekerja terburu waktu. Semua orang mengejar tenggat waktunya dengan menekan orang lain di bawahnya. Beruntung bos ku tidak sekejam itu. Namun laporan2 harus dikerjakan dengan segera. Statistik harus dihitung. Sementara semua email permintaan informasi dari berbagai belahan dunia harus tetap dijawab hari itu juga. Sangat melelahkan dan membosankan. Aku hanya bisa bersabar, minggu depan semua kesibukan pasti segera menurun menjelang libur natal dan tahun baru. Apalagi kebanyakan scientist berasal dari negara2 barat. Aku akan kebagian istirahat sejenak seminggu dua minggu mendatang.

Bocar, si pria senegal sudah pulang ke kampusnya di belanda. Masa internshipnya sudah berakhir minggu lalu. Tapi selalu ada saja yang mendahului datang ke library setiap pagi. Moniko, intern cantik dari belanda sedang bekerja dengan laptop dan setumpuk jurnal ilmiah di sekeliling nya. Ia tersenyum padaku menyapa.

"Good morning" ia mengerling dengan sebuah senyuman manis menghiasi wajahnya.

"Good morning Moniko" jawabku."Have you received articles from Mas Nobo?" Mas Nobo menelponku kemarin, berjanji akan mengirimkan papernya yang baru diterbitkan oleh Biodiversity and Conservation* beberapa waktu lalu. Kenyataannya aku punya copy paper itu. Tapi Mas Nobo, si suami nakal itu berpesan untuk memforward Moniko langsung kepadanya. Aku terbahak2 menerima pesannya, lalu kuteruskan pada Moniko.

"Oh ya, sudah. Terima kasih" kata Moniko. Ibunya belanda, tapi ayahnya perpaduan Jawa dan Kalimantan. Ia sudah bertemu Mas Nobo kemarin.


Kami bertukar senyum. Lalu menekuni pekerjaan masing-masing. Sambil mengecek email aku tertawa dalam hati membayangkan keceriaan Mas Nobo :-)

***

Hari ini pengunjung bukan main banyaknya. Padahal aku bertugas sendirian. Mitraku sedang cuti. Mahasiswa dari berbagai universitas dan satu permintaan buku via telepon dari Singapore. Yang paling menghabiskan energi ketika melayani mahasiswa2 S2 PNS yang sedang tugas belajar dari daerah. Kadang2 mereka sombong dan suka sembarangan. Biasanya aku cuma bisa sedikit cemberut saja. Jam setengah dua tadi Moniko pindah ke sebuah cubicle di pojok library terhalang jajaran rak yang panjang karena ketenangannya terganggu. Aku jadi sebal seharian, tapi namanya sudah kewajiban, mau apa lagi? :-D

Tepat jam lima sore Nety menelpon mengajakku pulang. Ibu hamil ini memintaku mengantarnya sampai rumah. Suaminya tak bisa menjemput karena sedang bertugas ke tangerang. Hujan lebat mengiringi perjalanan kami pulang.


"Gimana Gus ceritanya kemarin?" senyum jahilnya terlihat jelas di wajah gembil itu.
"Cerita apaan? Biasa2 aja" kataku. Nety kecewa. Aku tetap berkonsentrasi dengan setir.
"Loe tau gw lah. I go with the flow," lanjutku singkat. "Tapi terus terang, She is amazing, Net. Figurnya, fikirannya... Tapi udah lah nggak usah rumongso. Kita berteman. Itu aja."


Nety terdiam, mungkin mengantuk. Ia hanya bergumam mengiyakan. Akhirnya separuh perjalanan ke bintaro kutempuh sendirian. Memandangi marka jalan yang mulai kabur tertutup guyuran hujan yang makin deras. Sesekali terpaksa kunyalakan lampu jauh untuk meraba garis-garis samar yang akan memanduku pulang.


***

Ade membenahi posisi duduknya. Dipejamkannya kedua matanya. Meditasi membuat hatinya bahagia. Ia belum lagi mencapai pemahaman yang lebih tinggi. Tapi perasaaan relaks dan suasana kekeluargaan di kelompoknya sudah cukup membuat dirinya nyaman. Tangannya berada di atas lututnya yang bersila. Ade mengatur nafas teratur santai. Dalam kegelapan citra kehidupannya seakan berputar di kelopak matanya. Begitu banyak hal, sebelum ia benar-benar menerima energi alam yang membawanya kepada kejernihan hakiki.


Setelah selesai ia begitu gembira. Seperti seorang anak kecil yang menemukan kesenangan baru melalui sebutir gula2 sederhana. Ade memeluk sobatnya berlatih untuk membagi kebahagiaan itu. Kemudian berdiam sejenak memejamkan matanya membayangkan orang-orang yang membuatnya bahagia setiap hari.


"Aku menyayangimu" doanya dalam hati.


Sang Guru Sejati terharu, lalu karunia jatuh berderai dengan indahnya dari langit malam seperti lembutnya hujan di pagi hari. Kepada gadis itu. Dan orang-orang terkasih.






-----
*) salah satu judul jurnal ilmiah terkemuka bidang konservasi



kok gw bosyen yak nulis gini mulu yak? prei aja ah.

eniwei ditunggu kritiknya :D

No comments: