Wednesday, May 26, 2004

Arti se-tablet Xon-Ce

From: "listmanager_2"
Date: Mon Dec 22, 2003 1:36 pm
Subject: Arti se-tablet Xon-Ce

Pagi itu saya kembali di antrian panjang di salah satu sudut terminal kampung rambutan. Di hari senin ini kelihatannya tidak ada yang ingin terlambat sampai kantor. Antrian Patas AC 10 panjangnya bukan main. Mau nyetor uang aja antrinya begini, nggak kebayang deh kalau ngantri beras?

Terminal kumuh ini memang nggak pernah sepi dari detak kehidupan. Lalu lalang orang pergi cari makan begitu dinamis. Lihat saja antrian ini, wanita2 cantik halus mulus semlohei semua berjajar dengan rapi. Entah itu karyawati atau mahasiswi atmajaya, trisakti atau interstudi sabar menanti gilirannya menaiki bus menuju sudirman dsk.

Sedang para lelaki, berlagak membeli koran menutupi gelagatnya larak lirik ke arah depan dan belakang barisan. Begitu ada wanita cantik datang mau masuk antrian, berpasang2 mata secara aklamasi menyetujui keindahan itu. Saya sendiri tentu saja nggak pernah punya kekuatan untuk menjadi martir dan melawan arus :-p

Buat saya, kampung rambutan adalah persinggahan yang lain. Saya punya beberapa rute untuk ke kantor. Bukan karena berapa waktu dan ongkos yang dihemat, tapi masing2 punya daya tariknya sendiri.Gadis2 cantik dalam antrian yang puanjaang, pedagang buah, the botol, koran dan gorengan yang semerbaknya menggoda iman hanya ada disini.

Menakjubkan sekali melihat dalam kekacauan terlihat ada keteraturan. Setelah ngelaba kiri kanan, orang-orang mulai berjajar, membeli makanan kecil, teh botol, tissue, koran, lalu bagi yang murah hati bisa menyumbang uang recehan pada nenek tua renta yang menadahkan tangan tepat di bibir pintu depan bis. Bukankah itu tempat yang sempurna untuk mengemis?

Selangkah dua langkah kita memasuki bis, lalu giliran Pak supir dan kondektur yang kebagian uang. Lega sudah, pantat sudah kebagian tempat duduk. Atur angin AC butut sebentar, lalu terserah anda. Boleh tidur, baca koran, menelpon, atau chit-chat sedikit dengan tetangga. Beruntung banget bila kebetulan duduk di "kursi tiga" dan dapat tetangga kiri kanan yang cantik2... :-p

Oh ya, tunggu dulu... meski semua kursi sudah terisi, bis belum akan beranjak. Kita masih akan menunggu calon penumpang yang siap berdiri. Ongkos sama tapi karena keburu waktu terima resiko kaki pegal. Ini juga waktunya Joko anak tanggung penjual vitamin C bersama kawan2nya penjual koran dan pengamen beraksi.

Lucu bagaimana dia menawarkan dagangannya dengan logat jawanya yang kental, medok. 1000 perak dapat 2 tablet. 500mg vitamin C per tablet cukup lumayan buat menjaga kesehatan. Apalagi buat kuli yang sering pulang malem seperti saya. Gaji pas-pasan, gak sempet mikir 4 sehat 5 sempurna, bisa makan aja sudah untung.

"Eh Pak, jarang keliatan... Gak pernah lewat sini lagi ya?" sapanya.

"Iya nih. Abis macet melulu di 'jalan baru'(nama tempat), blom lagi di pintu tol Jasa marga situ. Daripada telat mulu, saya bablas aja lewat Kampung Melayu naik ojek."

"Eh, gimana kuliahnya? Udah lulus blom?" Tanya saya sambil menjulurkan uang seribuan ke tangannya.

"Lumayan Pak, Alhamdulillah. Dikit lagi. Kemarin juga ditanyain sama Pak S yang turun di Wisma Bonbon. Ada kerjaan katanya. Tapi yah saya belom lulus. Jualan dulu deh. Makasih ya Pak", dengan anggukan gaya jawa anak itu berlalu. Melanjutkan hidupnya yang susah menyusuri
gang sempit bis kota dan bahu-bahu gemuk pekerja kantoran.

Sambil menikmati asemnya Xon-Ce pikiran saya melayang. Is life that hard or i am too soft?

No comments: