Date: Wed Dec 10, 2003 10:02 am
Subject: Babat Alas dengan Pak Rofi'ie
Kalo dilihat penampilan sih nggak berharga. Pendek item dekil keringetan. Baju rombeng robek sana sini. Jari2 tangan gede2 buntek kayak pisang. Tapi kalau orang bilang jangan menilai dari
penampilan, Pak Rofi'ie ini lah orangnya.
Tampang boleh kere, gombal amoh kata orang jawa. Tapi kalo tau asetnya. Mungkin kita bakal geleng2 kepala....
Si bapak ini adalah tetangga dangau saya di ladang. Asli orang jawa berlogat ngapak. Dia bersama keluarga mengolah sehektar lahan garapan di daerah panas Karawang. Makanya nggak heran kalau kulitnya jadi begitu hitam.
Dari perawakannya semua orang juga tau kalau dia pekerja keras. Selain rutin bertani, apa aja dia kerjakan. Jadi kuli angkut, babat semak, buruh tanam dll. Maklum pendapatan harian orang tani tidak seberapa. Makan pun ngirit. Ketemu ikan asin hancuran aja udah untung. Tambah sambal atau kangkung liar sedapnya bukan main.
Melihat beliau bekerja seperti membayangkan nenek moyang orang jawa bertani beratus tahun lalu. Tidak banyak berubah. Apa yang dimakan sekeluarga adalah hasil dari tanah yang mereka pijak. Beranak pinak dengan pendidikan ala kadarnya dengan penuh keprihatinan.
Mampirlah kapan-kapan di gubuknya yang sederhana. Yang dibuat dari kayu2 hutan yang diolah kasar dengan alat seadanya. Lihat peralatan dapur yang begitu sederhana. Tapi jangan terpaku pada kehidupan mereka yang berkesan primitif itu. Sapalah mereka.
Pak Rofi'ie ini orang tani yang sangat tangguh. Dia cukup sukses di hutan sumatera. Membuka lahan sebagai transmigran. Menanam palawija. Menyemai padi IR dan rojolele khas petani jawa. Sementara itu dia tanam juga kopi sebagi tanaman jangka panjang.
Panjang memang perjuangannya. Tapi ia tidak mau berhasil sendiri. Banyak kerabat dia motivasi utk ikut serta. Bertani di tanah seberang. Daripada nggak punya apa2 di Jawa.
Begitu berhasil di lampung, diserahkan lah tanah itu pada anak dan menantu. Dengan bekal seadanya jadilah ia hinggap di Karawang ini. Mengolah lahan baru. Utk masing2 anak, yang satu2 beranjak berkeluarga. Kagum deh lihat betapa kompaknya mereka.
Kini, masing-masing anak sudah dapat satu hektar. Semuanya menghijau oleh tanaman pisang, jagung, padi, serai dan kopi. Setelah padi, biasanya ditanam kacang hijau. Kacang hijau ini kan komoditi cukup mahal, kalo nggak salah bisa 6000 sampai 9000 sekilo. Dan kalau sudah panen bisa dipetik beberapa kali sebelum mati.
Dengan pengalamannya yang segudang, Pak Rofi'ie dengan pintarnya mengatur jadwal tanam dan kombinasi diversifikasi tanaman musiman dan palawija. Sehingga selalu aja ada yang masuk kocek. Nanti pada saatnya, investasi jangka panjang akan menghasilkan. Seperti di Lampung sana, sekali angkat kopi 100juta perak mengalir.
Cara orang cari makan memang beda2. Tapi nggak ada jalan yang mudah untuk mendapatkannya. Kalau anda ketemu kuli jelek sedang memikul sayuran di ladang2 berbukit di karawang, mungkin saja anda sedang bertemu dengan seorang Rofi'e.
No comments:
Post a Comment